Thursday, June 16, 2011

Menuju Kesempurnaan Ibadah Kepada Allah SWT

MENUJU KESEMPURNAAN IBADAH KEPADA ALLAH
 

1.Definisi Ibadah Dalam Islam

          Secara umum ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah adalah tujuan hidup manusia. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ مَااُرِيْدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَ مَااُرِيْدُ اَنْ يُطْعِمُوْنِ.اِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُوْالْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ
“ Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya beribadah kepada-Ku.Aku tidak menghendaki suatu pemberian apapun dari mereka,dan Aku tidak menghendaki mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh”( Q.S.Adz Dzariyaat (51) : 56- 58 )
             Untuk mengetahui masalah ibadah  ini, kita menukil pengertian ibadah dari para ulama Islam. Diantaranya adalah sebagaiaman definisi yang diketakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
    اَلْعِبَادَةُ هِىَ اِسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَايُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ اْلاَقْوَالِ وَاْلاَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ
 “ Ibadah adalah sebuah kata yang menyeluruh, meliputi apa saja yang dicintai dan diridhai Allah, menyangkut seluruh ucapan dan perbuatan,, yang tidak tampak maupun yang tampak” ( Al Ubudiyah: 8 )
    Sedangkan definisi ibadah menurut Majlih Tarjih Muhammadiyah adalah:
اَلْعِبَادَةُ هِىَ التَّقَرُّبُ اِلَى اللَّهِ بِامْتِثَالِ اَوَامِرِ اللَّهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.وَالْعَمَلُ بِمَااَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ وَهِىَ عَامَةٌ وَخَاصَّةٌ فَالْعَامَةُ كُلُّ عَمَلٍ أَذِنَ بِهِ الشَّارِعُ وَالْخَاصَّةُ مَاحَدَّهُ الشَّارِعُ فِيْهَا بِجُزْئِيَاتٍ وَكَيْفِيَاتٍ مَخْصُوْصَةٍ
“ Ibadah ialah bertaqarrub ( mendekatkan diri ) kepada Allah, dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus:
a.Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah
b.Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya,tingkat dan cara-caranya yang tertentu”
    Melihat definisi ibadah diatas,terlihat dengan jelas bahwa ibadah dalam Islam cakupanya sangat luas sekali,mulai dari shalat, puasa, zakat, haji, berkata benar, menunaikan amanat, berbuat baik kepada kedua orang tua, bershilaturahmi, menepati janji, mencintai sesame muslim, berpertang melawan kekufuran dan kemunafikan,  lemah lembut terhadap tetangga dan anak yatim, menyantuni orang – orang miskin, ibnu sabil, hamba sahaya dan binatang,berdzikir, berdo’a, membaca Al Qur’an, menuntut ilmu dan sebagainya.
         Mengingat sedemikian luasnya cakupan ibadah tersebut, sekarang yang menjadi permasalahan adalah, bagaimanakah beribadah yang baik itu. Karena percuma saja kita bertahun – tahun beribadah namun tidak benar,tidak berdampak positif atau malah nilainya nol.
    Ibadah yang baik dalam terminology Islam adalah kepatuhan,pengharapan dan sekaligus kecintaan. Kekaguman kepada Tuhan karena kebesaran, kenikmatan dan kekuasaan-Nya, keikhlasan yang mendalam; rasa kepatuhan; ketakutan pada Tuhan kalau sampai meninggalkan ibadah itu; pengharap akan ridha-Nya dan kecintaan pada Tuhan.
2.Ibadah Sebagai Manifestasi Keimanan
          Ibadah  dalam Islam adalah merupakan manifestasi , pembuktian dari pernyataan iman. Oleh sebab itu, sebelum beribadah ada keimanan harus lebih dahulu mendasari. Ibadah yang tidak didasari keimanan tidak akan berkualitas dan berpengarh apa-apa. Seorang yang iamanya bagus ibadahnya akan berkualitas.Dalam Al Qur’an  ada 4 ayat yang menyebutkan hubungan antara kualitas iman dengan kualitas ibadah. Diaman pelakunya dapat mencapai derajat keimanan yang tinggi atau mukmin hakiki.
          Keempat ayat itu selalu didahuli dengan kata “innama:, dalam retorika Arab atau ilmu balaghah disebut sebagai ‘ adatul hasr” ,kata untuk membatasi sifat tertentu.Penerapanya dalam Al Qur’an, kata ini berarti “ hanya orang – orang mukmin yang mempunyai sifat itu”. Dalam bahasa lain bisa dikatakan sebaga “ orang –orang mukmin yang berkualitas tinggi”..Keempat  kata ‘ al-mukminun’ yang didahului dengan kata ‘innama’ itu terdapat dalam surat al- Anfal: 2, an- Nur : 62,al-Hujurat : 10 dan 15.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ  وَ اِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ.الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ.اُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيْمٌ
“ Sesungguhnya orang – orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka ( karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang – orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang –orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggia disisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (ni’mat) yang mulia” ( Q.S.Al Anfal : 2 – 4 )
    Ayat ini menegaskan, bahwa hanyalah orang yang benar mukmin jika nama Allah disebut     hati mereka bergetar,merinding. Apabila diperdengarkan kepada mereka ayat-ayat Allah bertambah kuat iman mereka Dan kepada Allah mereka selalu pasrah. Identitas kemukminan dan kepasrahan itu ditunjukkan dengan komitmen dalam “ menunaikan ibadah ( shalat) dengan baik dan menafkahkan sebagian rizkinya’.Orang mukmin yang seperti itulah yang disebut Allah sebaga “ orang mukmin yang tulen”.Mafhum mukhalafahnya, orang Islam yang tidak atau belum memiliki cirri-ciri seperti itu belum disebut sebagai mukmin tulen. Cirinya mudah ditebak- karena berlaku kebalikannya- jika nama Allah disebut mereka tidak merasakan apa-apa dalam hatinya, tigak tergugah, tidak tersentruh untuk kemudian mengagungkan dan membesarkan-Nya. Jika pun dibacakan kepada mereka ayat –ayat Allah tidak bisa menambah keimanannya. Mereka pun dengan mudah meninggalkan atu tidak menunaikan shalat, tidak mau menafkahkan sebagian harta yang dikaruniakan Allah kepadanya, dan dengan begitu tidak punya rasa tawakkal kepada Allah.
    Ada suatu cerita tentang salah seorang pendiri mazhab sunni, yaitu Imam Syafi’i.Menurut kisah ini,Imam Syafi’i setiap malam melaksanakan shalat tahajjud. Usai shalat, beliau selalu membaca al Qur’an sampai tidak terasa waktu shubuh sudah tiba. Bagi Imam Syafi’i membaca al Qur’an merupakan sesuatu yang nikmat dan menarik hati sehingga tidak bisa mengakhirinya. Mengapa ? Sebab setiap kali membaca al Qur’an dia merasakan kenikmatan luar biasa sebagai pengaruh dari membaca Al Qur’an tersebut. Kisah ini mengandung contoh betapa al-Qur’an mengundang dan mengandung daya magnetic luar biasa, mempengaruhi pembacanya yang mengetahui isi kandungannya.
    Kalau Imam Syafi’i merasakan kenikmatan membaca al-Qur’an dan menambah keimanan setiap mengulanginya, sebaliknya berapa banyak diantara kita sekarang yang tidak merasakan manfaat apa-apa saat membaca Al Qur’an kecuali “sekedar membaca”. Kondisi ini mungkin mendekati apa yang diprediksi Nabi:
سَيَأْتِى فِى اَخِرِ الزَّمَانِ زَمَانٌ يَقْرَأُ رَجَالٌ الْقُرْاَنَ لاَيُزَوِّزُ تَرَاخِيَهُمْ
 “Di akhir zaman akan suatu zaman dimana orang-orang muslim sama-sama membaca Al Qur’an secara verbal tetapi al-Qur’an itu tidak sampai ke tenggorokannya”
    Artinya al-Qur’an hanya dibaca secara verbal dan hafalan, tetapi tidak ada pengaruh yang masuk ke dalam hatinya. Membaca al-Qur’an hanya sebatas menjadi kegiatan mulut, bukan kegiatan-kegiatan hati, ramai membaca al-Qur’an tetapi ‘La yuzawwizu tarakhiyahum’,tidak menembus batas kerongkongannya.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا بِاللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَاِذَا كَانُوْا مَعَهُ عَلَى اَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوْا حَتَّى يَسْتَأْذِنُوْهُ اِنَّ الَّذِيْنَ َيَسْتَأْذِنُوْكَ اُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَاِذَا َا َسْتَأْذُنُوْكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِمَنْ ِشئْتَ مِنْهُمْ وَاَسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ اِنَّ اللَّهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
“ Sesungguhnya yang sebenar-benarnya orang mukmin ialah orang – orang yang beriman kepada  Allah  dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama- sama Rasulullah dalam suatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang –orang yang meminta izin kepadamu ( Muhammad) mereka itulah orang- orang yang beriman kepada  Allah  dan Rasul-Nya,maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki diantara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” ( Q.S.An Nur: 62 )
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخْوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللَّهَ لَعَلَّمْ تُرْحَمُوْنَ
“ Sesungguhnya orang – orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” ( Q.S.Al Hujurat (49 ): 10 )
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا بِاللَّهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِى سَبِيْلِ اللَّهِ اُوْلَئِكَ هُمُ الصَّا دْقُوْنَ
““ Sesungguhnya yang sebenar-benarnya orang mukmin ialah orang – orang yang beriman kepada  Allah  dan Rasul-Nya,kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang- orang yang benar”  ( Q.S.Al Hujurat (49 ): 15 )
    Kata innamaal mu’minuun pada ayat ini juga berfungsi sebagai ‘ adatul hasri’ yang berarti “ orang-orang mukmin yang berkualitas adalah orang –orang yang beriman kepada Tuhan dan Rasul-Nya- kemudian sebagai tindak lanjut dari imannya- mereka merasa terpanggil dan tidak ragu-ragu untuk melakukan perjuangan dengan harta maupun jiwanya demi kepentingan agama Allah”.Semua itu dilakukan karena imannya telah kokoh tertanam di hatinya sehingga tanpa ada keraguan sedikitpun untuk melakukan perjuangan di jalan Allah ( fi sabilillah ) dengan harta maupun jiwanya. Orang mukmin denga cirri-ciri itulah yang pada akhir ayat disebut: ulaika humu-s- shadiqun,orang yang imannya benar.
    Ayat –ayat diatas menunjukkan adanya kaitan antara iman dan ibadah. Iman mendasari pelaksanaan ibadah, sebaliknya ibadah tidak bernilai jika tanpa landasan iman. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitabnya, Al- Muwatha’ atau Sunan Imam Nasa’i.Nabi Muhammad Saw pernah bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ :اَنْ يَكُوْنَ اللَّهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مَمَّا سِوَاهُمَا,وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبّهُ اِلاَّ لِلَّهِ,وَاَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِى الْكُفْرِ اِذَا اَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ
“ Tiga hal barangsiapa yang ketiganya ada padanya ia (pasti) merasakan kenikmatan iman: (1) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang tidak dicintainya ia selain karena Allah dan (3) ia tidak senang kembali dalam kekufuran sesudah Allah menyelamatkannya darinya seperti ia tidak suka dilemparkan ke neraka” ( H,R.Bukhari,Muslim,Tirmidzi,Nasa’I dan Ibnu Majah dari Anas)
    Ada tiga hal yang jika terdapat pada diri seseorang maka orang itu akan menemukan kelezatan iman,yaitu: Pertama, yaitu pada saat orang merasakan bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya pada selain keduanya. Kalau ada orang yang cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya sudah lebih berat daripada selainnya, maka orang ini akan menemukan  halawat al iman, manisnya iman.
    Al kisah ada seorang shahabat perempuan yang bernama Ummu Syariq ( ada yang membaca Ummu Syuraiq). Pada waktu perang Uhud, Ummu Syariq ditinggal oleh suaminya, ketiga anaknya, dan adiknya yang berangkat menuju medan Perang Uhud bersama pasukan Nabi lainnya. Rupanya dia selalu ‘mencuri berita’ dari mulut ke mulut tentang berlangsungnya Perang Uhud. Dia mendapat khabar bahwa di dalam Perang Uhud ini banyak umat Islam yang menjadi korban, terluka maupun meninggal dunia. Sewaktu shahabat-shahabat pulang dari medan laga, Ummu Syariq mencegat mereka di luar kota Madinah. Tetapi anehnya dia tidak menanyakan bagaimana keadaan suami, anak atau adiknya yang turut berperang. Sebaliknya, kepada  shahabat yang datang pertama ke Madinah dia langsung menanyakan perihal Rasulullah. Shahabat yang ditanya itu menjawab bahwa Rasul dalam keadaan baik dan sehat wal afiyat. Namun di belum percaya karena Rasulullah belum masuk kota Madinah. Dia bertanya lagi kepada rombongan yang baru datang,” apakah Rasulullah dalam keadaan selamat?” Jawab shahabat yang ditanya itu juga tidak memuaskan keingintahuannya mengenai keadaan Rasulullah yang sebenarnya. Beberapa kali rombongan datang Ummu Syariq selalu menanyakan perhal Rasulullah. Salah seorang dari rombongan menjawab,” Rasulullah dalam keadaan baik. Hanya saya hendak menyampaikan berita yang mungkin mengejutkan hatimu wahai Ummu Syariq. Adikmu gugur, kedua anakmu luka parah, sedangkan suamimu juga luka, sekarang mereka masih di belakang”.Tanpa disangka apa jawaban Ummu Syariq,”kullu maa siwa rasul shagir”, kalau persoalannya bukan Rasul itu kecil”. Jawaban tandas Ummu Syariq mengejutkan para shahabat itu. Keprihatinan dan kecintaannya pada Rasul melebihi kecintaannya kepada keluarganya sendiri. Ummu Syariq merupakan contoh shahabat yang cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya melampaui cintanya pada siapapun, termasuk keluarga terdekatnya sekalipun.
    Mengapa kebanyakan manusia berat melakukan ibadah ? Karena cintanya kepada Allah lebih kecil daripada cintanya pada selain Tuhan, apakah berupa keluarga, kekayaan, bisnis, wanita / pria, dan sebaginya.Kebanyakan kita merasa berat membayarkan, melepaskan uang yang kita miliki untuk  zakat atau amal jarinya, misalnya, dibandingkan dengan memberikan uang kepada orang yang kita cintai, berapapun jumlahnya. Mengapa ? Sebab tingkatan kecintaan kita kepada orang yang kita cintai kerap kali mencampuri atau bahkan lebih besar dan mengalahkan cita kita kepada Tuhan. Dalam pengalaman hidup manusia, seorang yang mempunyai kekasih akan lebih gampang mengeluarkan kocek pada kekasihnya daripada memberikan uang pada istri atau anaknya. Karena pada saat itu cintanya kepada si pacar lebih besar daripada cintanya kepada istri dan anknya.
    Kedua,orang yang mencintai sesamanya ( orang Islam) tanpa ada pamrih apa-apa kecuali  karena Allah. Sebab banyak diantara manusia yang mencintai seseorang karena ada sesuatu yang disembunyikan, vested interest, ada maksud dan tujuan terselubung, atau ingin melakukan bargaining, misalnya sedang memperoleh kedudukan, mendapat tender, atau sedang mengincar posisi tertentu. Akan tetapi- ini  biasanya yang terjadi- saat mendengar kedudukannya terancam maka yang dahulunya cinta berubah menjadi benci. Pada saat mendapat tender dia akan memuji – muji dan memberikan hadiah –hadiah. Sedangkan kalau sudah habis masa tendernya akan mengomel dan menceritakan kejelekan seseorang. Itu semua terjadi karena cintanya bukan karena Tuhan, tetapi karena kedudukan semata.
    Ketiga, orang yang membenci kalau ia kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya,ketidaksukaannya kalau dia dilemparkan ke neraka. Seorang akan menemukan kelezatan iman ketia ia sungguh-sungguh menjaga dirinya jangan sampai kembali kepada kekufuran.
    Menurut ulama ahli hadits, kembali kepada kekufuran bisa  berarti ‘ aqidatan aw amalan. Yang term amalan. Boleh jadi orang itu tetap menjadi orang Islam, tetapi perbuatannya menyerupai perbuatan orang kafir. Orang yang berima akan sangat membenci jika aqidahnya sampai jatuh menjadi orang kafir kembali. Sama halnya kebencian itu muncul meskipun meskipun aqidahnya tetap Islam, tetapi prilakunya, budaya hidupnya, cara kerjanya, pandangan dan wawasannya sudah tidak berbeda dengan orang kafir
    Oleh sebab itu, hendaklah kita melakukan ibadah kepada Allah dengan ikhlas dan sungguh sebagai wujud dari keimanan. Dengan landasan iman, ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan hasil yang baik, berupa amal shaleh yang dapat mengantarkan kita kepada kebahagiaan hakiki dalam hidup dan kehidupan,baik di dunia maupun di akhirat nanti. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan iman dan keikhlasan dalam beribadah serta memberikan kebahagiaan dan ridha-Nya.Amin
3.Hidup Harus Mempunyai Tujuan Yang Jelas dan Bermanfaat
    Hidup  ini adalah perjalanan panjang  yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Perjalanan hidup ini tidak berakhir  dengan datangnya kematian. Kematian hanayalah batas dari satu episode kehidupan menuju  episode yang yang lain. Kehidupan yang kita jalani mulai dari alam kandungan,alam dunia,sampai alam kubur nanti adalah babak dari drama kehidupan manusia.Kehidupan yang saat ini kita jalani di dunia ini pada hakikatnya adalah ujian yang diberikan Allah untuk manusia, supaya dapat diketahui dengan pasti, manakah yang paling baik amal perbuatanya diantara mereka.Allah menegaskan dalam firman-Nya:
الَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” ( Q.S.Al Mulk (67) : 2 )
    Karena hidup ini adalah ujian, maka dengan sendirinya  segala aktivitas manusia tidak dibiarkan begitu saja, Segala perbuatan dan aktivitas kehidupan tentu dinilai oleh Allah  agar diketahui baik dan buruknya. Mengapa harus dinilai,tak lain adalah agar Allah menciptakan bumi dan langit seisinya, termasuk manusiana tidak  hanya sekedar ada, sia –sia tanpa guna atau main – main, tetapi mempunyai  manfaat dan tujuan yang jelas.Allah menegaskan:
 وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَاْلاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلاً
“ Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya untuk main - main “ ( Q.S.Al Anbiya’ : 16 )
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَاْلاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لاَعِبِيْنَ
“ Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya dengan sia – sia “ ( Q.S.Shad : 27 )
                Karena Allah menciptakan manusia tidak main-main dan sia, maka dengan sendirinya manusia tidak bisa melakukan sesuatu secara bebas atau seenaknya saja. Ada aturan tertentu yang harus dilaksanakan dan nanti pada akhirnya akan diminta pertangungjawaban.Semua aktivitas dalam perjalanan kehidupan ini akan diminta pertangunganjawab di hadapan Allah. Karena itu, salah besar bila kita mempunyai anggapan bahwa manusia dibiarkan begitu saja tanpa adanya pertangungjawaban.Allah mengingatkan dalam firman-Nya:
    .اَيَحْسَبُ اْلاِنْسَانُ اَنْ يُتْرَكَ سُدًّى.
    “.Apakah manusia mengira,bahwa ia akan  bicarakan begitu saja ( tanpa pertanggunganjwab)?.. ( Q.S.Al Qiyamah: 26  )ِ
            Semua amal perbuatan manusia, mulai apa yang didengar, dilihat ,difikir dan segala a yang tersimpan di hatinya akan selalu diawasi dan diminta pertanggunganjawabnya. Firman Allah Swt:
اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلٌّ اُوْلَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
“ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” ( Q.S.Al Isra’( 17 ) : 36 )
    Karena setiap amal perbuatan manusia diminta pertangungjawabnaya, maka kita tidak boleh mengisi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.Janganlah waktu dihabiskan untuk bersenang-senang,berfoya-foya,seenaknya saja , leha-leha,main- main,atau sembrono. Kita diciptakan dan diberi kehidupan di dunia bukan hanya sekedar ada dan bisa hidup.Hidup ini harus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ,baik saat di dunia maupun di akhirat. Dan untuk mencapai kemanfaatan dalam hidup dan kehidupan ini,hendaknya manusiua melaksanakan tugas dan tanggungjawab pokonya,yaitu beribadah. Mengingat tujuan utama Allah menicptakan manusia adalah untuk beribadah. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“ Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya beribadah kepada-Ku” ( Q.S.Adz Dzariyaat (51) : 56 )
4. Kiat-Kiat Mencapai Kesempurnaan Ibadah
           Karena tugas dan tanggungjawab manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, maka permalahan terpenting yang harus dilakukan adalah bagaimana kita dapat beribadah secara baik. Langkah apa yang harus kita tempuh agar dapat beribadah secara baik.Dalam hal ini sekurang-kurangnya ada 4 hal, yaitu:
1. Ibadah harus dilaksanakan dengan ilmu pengetahuan atau pengertian. Allah melarang melaksanakan ibadah tanpa didari ilmu, melarang melaksanakan sesuatu yang belum dimengerti.Sebagaimana fiman Allah:
وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
    “ Dan janganlah kamu ikuti ( kerjakan ) sesuatu yang kamu tidak punya ilmu pengetahuan” ( Q.S.Al Isra’ : 36 )
       Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ فِى اَمْرِنَا فَهُوَ رَدٌّ
     “ Barangsiapa yang melakukan suatu alamal yang tidak sesuai dengan perintah kami,maka amalan itu tertolak” ( H.R>Bukhari-Muslim)
                 Nabi Nuha As pernah terlanjur meminta ( berdo’a ) sesuatu yang belum dimengertinya kepada Allah, lantas Allah memarahi dan memperingatkan Nabi Nuh, sebagaimana difirmankan-Nya:
وَنَادَى نُوْحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ اِنَّ ابْنِى مِنْ اَهْلِى وَاِنَ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَاَنْتَ اَحْكَمُ الْحَاكِمِيْنَ. قَالَ يَانُوْحُ اِنَّهُ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ اِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلاَ تَسْئَلْنِى مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ اِنِّى اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجَاهِلِيْنَ. قَالَ رَبِّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْأَلَكَ مَا مَالَيْسَ لِى بِهِ عِلْمٌ وَاِلاَّ تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِى اَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
“ Dan Nuh menyeru Tuhannya sambil berkata:” Ya Tuhanku sesungguhnya anakku itu dari keluargaku dan sesungguhnya janji_Mu itu benar, dan Engkaulah sebaik-baik hakim. Allah berfirman:”Hai Nuh, sesungguhnya dia itu bukan dari keluargamu lagi, karena dia beramal yang tidak shaleh, maka janganlah kamu minta kepada-Ku apa yang kamu tidak mengerti, Aku nasehatkan kepadamu, janganlah kamu termasuk orang – orang yang bodoh”. Nabi Nuh berkata: “ Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu karena aku telah meminta sesuatu yang aku tidak mengerti kepada-Mu, dan kalau kiranya Engkau tidak memberi ampunan dan rahmat kepadaku, maka jadilah aku dari golongan orang – orang yang merugi” ( Q.S.Hud : 45 – 47 )
          Karena itu Allah memerintahkan kepada orang – orang yang belum mengerti untuk bertanya kepada orang – orang yang sudah mengerti,sebagaimana firman-Nya:
فَاسْئَلُوْا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
 “ Maka hendaklah kamu bertanya kepada orang – orang yang mengerti, jika kamu tidak mengerti “ ( Q.S.An Nahl: 43 )
    Kalau ada manusia yang bandel, dia belum mengerti tetapi dikerjakannya juga, maka Nabi Muhammad Saw menyatakan, pekerjaan itu pasti rusak.
اِذَا وُسِدَ اْلاَمْرُ اِلَى غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“ Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (H.R.Bukhari )
    Ibadah itu tiada baiknya.
اَلاَ لاَخَيْرَ فِى عِبَادَةٍ لَيْسَ فِيْهَا تَفَقُّهٌ
“ Ketahuilah, tidak ada kebaikan pada ibadah yang tiada pengertian padanya”( Dari buku Prof.DR.Umar M.Taumy Syaubani)
    Untuk mengerti hendaklah mempergunakan akal. Makhluk yang diberi akal oleh Allah adalah manusia,sebagaimana firman Allah:
وَاللَّهُ اَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ اُمَّهَاتِكُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَاْلاَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan kamu tidak tahu apa-apa, dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan akal, supaya kamu berterimakasih” ( Q.S.An Nahl : 78)
2. Ibadah harus didasari keikhlasan
    Allah menyatakan, bahwa ibadah harus dilaksanakan dengan keikhlasan, sebagaimana firman-Nya:
وَمَااُمِرُوْا اِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللَّهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
“ Dan tidaklah mereka diperintah, melainkan supaya mereka beribadah kepada Allah dengan ikhlas” ( Q.S.Al Bayyinah: 5 )
    Bahkan Allah menyatakan, bahwa Ia hanya akan menerima ibadah yang dilaksanakan dengan ikhlas saja, sebagaimana difirmankan-Nya dalam hadits Qudsi:
لاَاَتَقَبَّلُ اِلاَّ مَاابْتُغِىَ بِهِ وَجْهِى
“ Aku tidak akan menerima, melainkan yang ikhlas niatnya untuk-Ku” ( H.R.Bukhari)
    Keikhlasan itu hanya akan ada kalau sesuatu pekerjaan dilaksanakan dengan kebebasan ( atas dasar pilihan sendiri ). Tanpa kebebasan keikhlasan itu tidak akan ada. Karena itu Allah melarang adanya paksaan, walaupun sedikit atau terselubung, dalam agama, sebagaimana difirmankan-Nya:
لآاِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ
“ Tidak ada paksaan dalam agama” ( Q.S.Al Baqarah : 256 )
    Dan Nabi Muhammad Saw diperintahkan Allah, bahwa beliau tidak punya hak sama sekali memaksa orang untuk beragama, walau dengan cara amat halus sekalipun, sebagaimana difirmankan-Nya:
لَيْسَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
“ Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka “ ( Q.S.Al Ghasyiyah: 22 )
          Karena itu kalau ada agama yang membujuk-bujuk apalagi memaksa manusia untuk memeluknya, maka itu bukanlah agama Allah. Makhluk yang diberi kebebasan Allah adalah manusia, sebagaimana difirmankan-Nya:
قُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
“ Dan katakanlah, kebenaran itu dating dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang mau boleh beriman, dan barangsiapa yang mau boleh kafir” ( Q.S.Al Kahfi: 29 )
3.Ibadah harus menimbulkan sikap yang baik, seprti shalat umpamanya harus menimbulkan sikan anti kejahatan, sebagaimana firman Allah:
اِنَّ الصّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“ Sesungguhnya shalat itu mencegah dari kejahatn dan kemungkaran” ( Q.S.Al Ankabut: 45 )
    Yang dapat menimbulkan sikap seperti ini adalah shalat yang dikerjakan dengan khusyu, sebagaimana difirmankan Allah:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ.الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
“ Sesungguhnya sukseslah orang – orang yang beriman, yang mereka di dalam mereka khusyu’”( Q.S.Al Mu’minun: 1-2 )
    Penghayatan adalah pekerjaan kalbu. Tetapi harus disertai oleh pengertian, kesungguhan, dan terus menerus.
وَجَاهِدُوْا فِى اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ 
“ Dan bersungguh-sungguhlah kamu di jalan Allah dengan sebenar-benarnya kesungguhan” ( Q.S.Al Haj : 78 )
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ
  “ Dan sembahlah Tuhanmu sampai dating kepadamu yang diyakini ( ajal)” ( Q.S.Al hijr : 99 )
    Makhluk yang diberi kalbu oleh Allah adalah manusia dan jin,sebagaimana firman-Nya:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنِّ وَاْلاِنْسِ لَهُمْ قَلُوْبٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi mereka Jahannam beberapa banyak dari Jin dan manusia yang mempunyai kalbu” ( Q.S. Al A’raf: 179 )
4.Ibadah harus dilakukan dengan niat.
    Manusia hanya memperoleh apa yang diniatkan,sebagaimana sabda Rasulullah saw:
اِنَّمَااْلاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِءٍ مَا نَوَى
“ Sesungguhnya mal itu tergantung dengan niat dan setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkan” ( H.R.Bukhari –Muslim)
    Keempat unsure inilah yang dapat menunjang kesempurnaan ibadah kepada kepada Allah. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing kita pada kesempurnaan ibadah.

                                                                    

Khutbah Jum'at : Takabur Adalah Penutup Hidaya Allah

TAKABBUR ADALAH PENUTUP HIDAYAH ALLAH


Saudaraku Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Pada kesempatan yang sangat berbahagia,di tempat yang penuh berkah dan memalui mimbar yang mulia ini marilah kita bersama-sama menghaturkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan eahmat,ni’mat,ma’unah,taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian,terutama ni’mat iman dan Islam,umur panjang,kesehatan,baik kesehatan jasmani maupun rohani sehingga sampai pada detik ini kita dapat melaksanakan kewajiban mulia ,berupa pelaksanaan shalat jum’t dalam keadaan sehat wal afiyat,aman,tenteram,damai dan tiada halangan suatu apapun.Semoga suasana seperti ini senantiasa mewarnai perjalanan hidup kita mulai di dunia sampai akhirat.

              Dan marilah rasa syukur itu kita wujudkan dengan senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya.Yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,menjauhi segala bentuk kemusyrikan dan kemunafikan sebagai pembuktian iman,senantiasa melakukan amal shaleh dengan penuh kesadaran,kesabaran,kesungguhan dan keikhlasan hati senantiasa mencari ridla Allah.

               Taqwa kepada Allah inilah yang akan menumbuhkan amal shaleh sekaligus memperkuat keimanan,menumbuhkan kesadaran dan kesadaran diri kita serta menambah kemantapa hidup dalam menghadapi segala persoalan.Hanya orang yang bertaqwalah yang sadar bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang,hidup ini harus disyukuri,bukan hidup asal hidup,dan lebih dari itu hidup ini adalh perjuangan yang harus dipertangjawabkan di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa memikirkan apa yang kita lakukan untuk kehidupan masa depan.Sebagaimana firman Allah:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْأ اتَّقُوْا اللَهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍّ وَاتَّقُوْا اللَهَ اِنَّ اللَهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),dan bertaqwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S.Al Hasyr : 18 )

              Allah Swt memberikan pedoman bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan akhirat manusia haruslah senantiasa membekali diri dengan iman,taqwa,amal shaleh dan senantiasa mengingat masa depannya,khususnya pertanggungjawab di akhirat.Dengan bekal iman,taqwa,amal shaleh serta senantiasa muhasabah,mengoreksi diri dan senantiasa mempersiapkan diri untuk kepentingan akhirat,ia akan menjadi manusia unggulan,yang bahagia hidupnya secara lahir batin,selamat,sejahtera,aman dan damai dengan ridla Allah.

              Sebagai seorang muslim tentu kita sudah meyakini seyakin-yakinnya,bahwa Allah senantiasa membimbing hamba-Nya agar mencapai kesuksesan dalam hidupnya.Islam mengharapkan agar hidup manusia ini tidak sia-sia,terhindar dari segala malapetaka dan bencana,serta senantiasa mendapatkan pertolongan Allah,diberi keselamatan dan kebahagiaan sepanang hidupnya.Untuk itu hendaklah kita senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah atas dasar iman ,taqwa dan amal shaleh,membersihkan diri dari segala sifat tercela,menghiasi diri dengan sifat terpuji,sehingga mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah,yaitu berupa pertolongan Allah,diberi kebahagiaan hidup yang hakiki semenjak hidup di dunia sampai di alam akhirat.

Saudaraku Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
                Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita harus senantiasa memperkuat keimanan,ketaqwaan dan senantiasa melakukan amal yang merupakan modal utama menraih keselamatan,kebahagiaan dan ridla Allah.Iman,taqwa dan amal shaleh ini akan dapat diraih apabila didukung oleh akhlaq mulia dan jauh dari sifat-sifat madzmumah yang menjerumuskan diri pada kehidupan hina,sengsara dan siksa Allah.Sifat-sifat tercela itu diantara adalalah somobong,irihati,dendam,ghibah ,fitnah adu domba dan sebagainya.Dari sifat-sifat tercela itu yang amat membahayakan adalah sifat sombong.Sifat sombong ini adalah salah satu dari biang kemaksiatan,virus utama kekotoran hati dan pendorong melakukan kejahatan.

              Dalam salah satu hadits,disebutkan bahwa Rasulullah saw mewant-wanti agar menjauhi akar dan biang keladi kemaksiatan di muka bumi ini.Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a:
اِيَّاكُمْ وَالْكِبْرَ فَاِ نَّ اِبْلِيْسَ حَمَلَهُ الْكِبْرُ عَلَى اَنْ لاَيَسْجُدَ لآَِدَمَ وَاِيَّاكُم وَالْحِرْصَ فاِنَّ اَدَمَ حَمَلَهُ الْحِرْصُ عَلَى اَكْلِ الشَّجَرَةِ وَاِيَّاكُمَْ وَالْحَسَدَ فَاِنَّ ابْنَى اَدَمَ اِنَّمَا قَتَلَ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ حَسَدًا فَهُنَّ اَصْلُ كُُلِّ خَطِيْئَةٍ
    “Jauhilah sifat sombong,sesungguhnya Iblis menolak sujud/menghormat kepada Adam sebab terdorong oleh kesombongan,jauhilah serakah,sesungguhnya Adam sampai memakan buah (khuldi) karena terdorong oleh sifat keserakahannya yang tak dapat dikendalikan,dan jauhilah dengki karena kedua putera Adam sampai melakukan pembunuhan terhada saudaranya karena terdorong sifat dengki.Semua sifat-sifat itu merupakan sumber perbuatan dosa “( H.R.Qusyairi dan Ibnu ‘Asakir)

Saudaraku Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah           
              Untuk mengantisipasi timbulnya kesombongan dari hati sanbari kita hendaknya mengerti benar apa sesungguhnya arti sombong itu.Dalam hal ini Syahminan Zaini mengartikan Sombong (Takabbur) adalah memandang rendah orang lain,dan memandang tinggi atau mulia diri sendiri.Nabi Muhammad saw mengartikan takabbur dengan sabdanya:
اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
      “Takabbur ialah menolak kebenaran dan menghinakan manusia” (H.R.Muslim)
              Takabbur itu dapat disebabkan oleh karena:
a.Kekuasaan
b.Kekayaan
c.Kepintaran (ilmu yang banyak)
d.Kecantikan
e.Kebangsawanan
f.Dan lain-lain sebagainya.

              Karena ia berkuasa atau kaya atau pintar atau cantik atau bangsawan,lantas ia merendahkan orang lain atau menolak kebenaran.Karena orang lain itu tidak berkuasa,tidak kaya,tidak pintar,tidak cantik dan tidak bangsawan seperti dia.Dan takabbur itu dapat terjadi terhadap:
a.Allah,dengan tidak menghiraukan ajaran dan ancaman-Nya.
b.Nabi/Rasul,dengan meremehkan sunnahnya
c.Manusia,seperti diuraikan diatas
              Allah sangat tidak suka kepada orang yang mempunyai sifat dan sikap takabbur ini.Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَا دَتِى سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
     “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Aku,akan dimasukkan kedalam neraka Jahannam dengan terhina” (Q.S.Al Mu’min:60 )
              Nabi Muhammad saw bersabda bahwa Allah SWT berfirman:
اَلْعِزُّ اِزَارِى وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَائِى فَمَنْ نَازَعَنِىَ مِنْهُمَا شَيْئًا عَذَّبْتُهُ
   “Kemuliaan itu ibarat sarung-Ku,dan kesombongan itu ibarat selendang-Ku,maka barangsiapa yang hendak menyamai Aku dalam kedua sifat tersebut niscaya akan Aku siksa dia” (H.R.Muslim)

              Walaupun sifat dan sikap takabbur itu hanya ada sebesar dzarrah dalam hati seseorang,Allah sangat tidak menyukainya juga,sehingga orang itu tidak akan dimasukkan –Nya kedalam surga.

              Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
    “Tidaklah masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah”(H.R.Muslim) ( Syahminan Zaini:68-70 )

Saudaraku Kaum Muslimin yang sangat dimuliakan Allah
              Sombong adalah suatu sikap besar diri dan suka menganggap orang lain remeh.Hanya dialah yang berdiri sangat besar mengalahkan yang lain,demikian kata hatinya.

              Adapun sombong terbagi dua;sombong lahiriyah dan sombong batiniyah.Sombong lahiriyah terletak pada amal perbuatan yang kelihatan dari anggota badannya,missal cara berjalan,cara berbicara dan lain-lain yang mencerminkan besar diri.Sombong bathiniyah sering menancap pada watak,perangai dan pada akhirnya menjadik akhlaq kesombongan.

              Dan inti pucak kesombongan adalah pelakunya sudah menolak kebenaran.Kadang-kadang ada juga tingkah laku seseorang dinilai sombong,padahal sebenarnya tidak.Ia hanya melakukan suatu karena keterpaksaan atau keharusan dalam penampilan dimuka umum.Selama ia tidak menolak kebenaran belum bisa dikatakan sombong.

              Sombong itu merupakan watak Iblis dan orang yang sombong berarti mewarisi sifat Iblis.Sifat sombong  mengakibatkan pelakunya dikutuk oleh Allah.Kita ingat,sebenarnya Iblis itu makhluq Allah yang alim, pandai,cerdas,bahkan menjadi pemimpin malaikat,namun akibat ia sombong maka nilai kealiman dan kekhususuannya menjadi makhluq yang terlaknat.

              Seorang yang berbuat sombong bisa disebabkan berbagai macam perkara.Selain yang telah disebutkan diatas masih ada lagi yang menyebabkan seseorang menjadi sombong,seperti :
     1.Amal ibadah.
        Karena ia merasa banyak melakukan amal ibadah,kuat berdzikir,rajin melakukan puasa sunat,rajin ke masjid,banyak menyumbang ke panti-panti asuhan,lalu ia merasa sebagai orang yang paling baik dan tidak ada seorang pun yang menyamai kebaikannya.Jadi amal ibadah dapat membuka peluang munculnya sifat sombong.
     2.Kepandaian pidato/berbicara.
        Karena memiliki kepandaian berpidato,banyak penggemarnya,pandai berdebat dan sanggup melawan setiap pembicara dalam berbagai forum diskusi,seminar,simpium ,persidangan dan sebagainya.Lalu ia merasa paling pandai dan pakar tulen tanpa tanding.Kemampuan ini sangat besar peluangnya untuk sombong.
     3.Kesaktian,kewibawaan dan pengaruh.
         Karena merasa memiliki kesaktian,tidak mempan ditembak,tahan pukul,bisa meremas besi,sanggup melewati api membara,jago gulat,pendekar pencak pilih tanding,ibarat “gak tedas tapak palune pande sirane gerindo,ditumbak lakak-lakak, dibedil mengsle,dipaku guyu,dijepit bledat”( tidak mempan dipukul palu seorang pandai besi,kepala gerindo,ditusuk tertawa terbahak-bahak,dipaku tertawa,dijepit melesat).Akhirnya merasa memiliki kelebihan dan keunggulan dari orang lain.Inipun sangat besar peluangnya bagi orang yang bersangkutan untuk sombong.
    4.Banyak pengikut,murid dan tamu
       Seorang tokoh dalam suatu masyarakat biasanya mempunyai pendukung fanatik,seorang dosen atau guru punya banyak murid dan mahasiswa,seorang kiyai punyai banyak santri,seorang paranormal atau dukun punya banyak tamu/pasien.Ini juga sangat besar peluangnya untuk berlaku sombong.
   5.Prestasi dan Kepopuleran
      Dalam dunia modern banyak prestasi yang dilakukan oleh seseorang di berbagai nidang.Mulia dari pendidikan,kesenian,olah raga,pertanian,perdagangan dan lain sebagainya sehingga membuat namanya popular atau banyak dikenal orang.Prestasi dan kepopuleran yang dicapai seseorang juga membuka peluang untuk sombong.

              Sifat sombong ini menjadi sumber kemaksiatan seseorang dan menjadi induk dari segala kesalahan yang mengakibatkan kotornya hati.Bila ingin hati terbebas dari kotoran dan terhindar dari segala macam bentuk kemaksiatan,hendaklah dijauhi sifat sombong.Kita obati sifat sombong ini dengan tawadlu’ ,merendahkan diri.Kita tidak usah khawatir merosot derajat atau bertambah hina mkalau bersikap rendah diri pada orang lain.Justru dengan bersikap tawadlu’ orang lain malah memuliakan kita.

              Kita masih ingat pada nasehat para orang tua,”Ojo adigang adigung adiguno sopo siro sopo ingsun”.Kata Muwafiq Ahmadi,Kepala Desa Bolo 1996-2003,” Ojo nebah dodo,ngucap sopo aku,tapi ngucapo aku iki sopo” Jangan mengatakan siapa saya,tapi katakanlah saya ini siapa”,maksudnya jangan membusungkan dada dan  menyombongkan diri tapi hendaklah mengerti dan merendahkan diri.

              Nyai Hj.Siti Asiyah Munir,muballighah kondang tahun 1970 an asal Sidoarjo dalam ceramahnya pernah menyatakan,”Manusia yang sombong itu adalah manusia yang tidak tahu diri,tidak tahu malu dan lupa diri dan super bodoh.Bayangkan saja,andai saja kita mau mengingat asalnya pasti akan malu sendiri kalau bersikap sombong.Asal ingat saja,kita ini asalnya dari tanah yang dicampu air,dari setetes air hina,kalau orang Jawa bilang “Bleto-an” (Lumpur yang ada di air comberan).Jangan menyentuh mendekat saja sudah tidak sudi karena baunya.

              Tapi aneh,baru jadi  kepala kampung saja sudah sombong setengah mati.Lebih-lebih lagi kalau sudah jadi orang intelek,kayak-kayanya sudah berlagak seperti Tuhan saja.Apakah tidak sadar bahwa kita ini asalnya tidak ada dan tidak punya apa-apa,lebih-lebih lagi sepandai apapun dan setinggi apappun jabatan yang kita sandang,kita tetap manusia biasa dan tidak bisa tidak, kita ini juga akan mati,tidak ada yang pasti terjadi pada kita selain mati.Oleh sebab itu janganlah sombong,tapi hendaklah bersikap tawadlu’”

Saudaraku Kaum Muslimin yang sangat dimuliakan Allah
             Kita harus pandai mengaca diri ,diri kita ini siapa ,apa yang dapat kita sombongkan dan banggakan.Kita asalnya tidak ada,tidak punya apa-apa ,patutkah berlaku sombong pada sesama ?.Tidakkah kita malu pada Allah Yang Maha Agung dan pemilik segala-galanya,malu pada Rasulullah ,para shahabat,para ulama dan orang-orang yang shaleh sebelum kita ?.Mereka adalah orang-orang mulia dan punya kedudukan terhormat di mata Allah dan manusia namun tetap rendah diri pada sesama manusia.

              Bayangkan,Rasulullah saw sebagai makhluk termulia diatas semua makhluk namun tidak pernah berlaku sombong.Beliau tidak minta diistimewakan,diberi penghormatan berlebihan,apalagi gila kehormatan,tidak mau disanjung-sanjung,apalagi gila sanjungan,tidak pernah meremehkan orang lain apalagi merendhkannya.”Nabi Muhammad senantiasa periang (gembira),budi pekertinya baik (luwes),senantiasa ramah tamah,tidak kasar maupun bengis terhadap seseorang,tidak suka berteriak-teriak,tidak suka perbuatan yang keji,tidak suka mencaci,dan tidak suka bergurau (olok-olokan),selalu melupakan apa yang tidak disukainya,dan  pernah menolak permintaan orang yang meninta” ( Hayautush Shahabah,oleh Syaikh Muhammad Yusuf al Kandahlawy,terj.K.H.Bey Arifin dan M.Yunus Ali al Muhdhar,1993:23 )

             Ketawadlu’an beliau itu diikuti pula oleh para shahabat,para tabi’in,hingga para ulama sesudahnya yang mulia dan terhormat.Banyak ulama terdahulu yang dalam sikap ,tingkah dan perbuatannya sangat jauh dari sikap sombong dan sok tahu,baik dalam sikap,tingkah laku dan perbuatannya sungguh mencerminkan sikap tawaddu,jauh dari riya.sum’ah dan sebagainya.Mereka benar-benar dapat dijadikan suri tauladan bagi generasi kita dan masa mendatang.Satu diantaranya adalah K.H.Muhammad Faqih Maskumambang,Pengurus Besar NU semasa K.H.M.Hasyim Asy’ari yang kesohor kealiman ilmunya namun jauh dari sifat sombong apalagi menonjolkan diri.Pada suatu hari,putra beliau yang bernama Ammar yang baru saja pulang dari jelajah ke berbagai pesantren besar di tanah Jawa ini.Dalam pertemuan antara orang tua dan anak,tanpa sengaja putra beliau menyanjng kealimannya.Mendapat sanjungan seperti beliau,beliau tidak malah bangga,bahkan mengis seraya beristifar berkali sambil meyakinkan pada putranya bahwa sesungguhnya ia tidak bisa apa-apa.

           Bahkan saking tawadldlu’nya,meski  beliau sudah menjadi pengasuh pesantren kesohor pada saat itu,beliau masih mengaji pada K.H.Muhammad

Sifat Tamak Penyebab Utama Kesengsaraa Lahir Batin

SIFAT TAMAK PENYEBAB UTAMA KESENGSARAAN
LAHIR BATIN DAN KEHINAAN



Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
                Marilah kita selalu berusaha meningkatkan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya.Yaitu dengan senantiasa berupaya mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran,kesabaran,kemauan,kesungguhan hati dan ikhlas semata-mata mencari ridla Allah.Kita yakin seyakin-yakinnya,bahwa hanya dengan taqwa kepada Allah inilah kita akan mendapatkan kebahagiaan,keselamatan dan ridla Allah SWT ,baik di dunia maupun di akhirat.

                Orang yang bertaqwa kepada Allah akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah.Ia juga akan mendapatkan al furqan,petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil , dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk  dan dapat pula membedakan antara yang bermanfa’at dan madlarat.Sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT:
يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا اِنْ تَتَّقُوْا اللَهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيًكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَهُ ذُوالْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Hai orang-orang yang beriman,jika kamu bertaqwa kepada Allah,niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu.Dan Allah mempunyai karunia yang besar ( Q.S.Al Anfal : 29 )

                Dengan senantiasa bertaqwa kepada Allah pula kita akan senantiasa diselamat dan dimenangkan dari segala macam godaan syetan,sehingga dalam hidup ini senantiasa selamat dan tiada pernah menyentuh azab neraka,dan dalam hidup ini tidak akan mengalami kesusahan atau berduka cita,sebagaimana firman Allah:
وَيُنَجِّى اللَهُ الَّذِيْنَ اتَّقَوْ ا بِمَفَازَتِهِمْ لاَيَمَسُّهُمُ السُّوْءُ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka,mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tiada pula) berduka cita” (Q.S.Az Zumar : 61 )
                Dikuatkan dengan ayat lainya:
وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لاَيَضُرُّ كُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا اِنَّ اللَهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
“Jika kamu bersabar dan bertaqwa,niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”(Q.S.Ali Imran : 120 )

              Mengingat hidup ini adalah perjalanan panjang yang harus diperjuangkan demi untuk mencapai kebahagiaan hakiki,maka Allah Swt memberikan pedoman untuk para hamba-Nya bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan akhirat manusia haruslah senantiasa membekali diri dengan iman,taqwa,amal shaleh,menjauhi hal-hal yang menyebabkan kegelapan hati,rusaknya akhlaq.dan suramnya kehidupan di masa depan,terlebih lagi kita harus menjauhi dan membuang jauh-jauh  sifat tamak atau serakah yang menyebabkan kesengsaraan lahir batin dan kehinaan,baik pada saat di dunia maupun di alam akhirat.
Saudaraku kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah   
   
              Tamak atau serakah adalah bibit dari segala kerendahan dan kehinaan.Orang yang memiliki sifat tamak atau serakah ini adalah orang yang tidak pernah merasa puas,selalu merasa kurang,setelah diberi,masih kurang,masih kurang,dan masih kurang.Sehingga jiwanya telalu resah,gelisah,sudah dan gelap.Ia menjadi makhluk yang terendah karena saat terjangkit penyakit tamak itu benar-benar diperbudak oleh nafsunya.
              Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun menyatakan,bahwa orang yang terjangkit penyakit tamak sama derajatnya dengan budak.Bahkan beliau menyatakan:
اَلطَّمَعُ رِقٌّ مُؤََبَّدٌ
   “Tamak (rakus) itu adalah perbudakan yang abadi”
              Dalam Al Hikam disebutkan:
مَا بَسَقَتْ اَغْصَانُ ذُلٍّ اِلاَّ بِذْرِ طَمَعٍ
    ” Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu,kecuali diatas bibit tamak (kerakusan)( Al Hikam : 46 dan Iqazhul Himam: 118 )
              Sifat tamak (rakus) itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan.
              Abu Bakar al Warraq al Hakim berkata:” Andaikan sifat tamak itu dapat ditanyai:”Siapakah ayahmu ?”Pasti jawabnya:”Ragu terhadap takdir Allah”.Dan bila ditanya:”Apakah pekerjaanmu?” Jawabnya:”Merendahkan diri”.Dan bila ditanya:”Apakah tujuanmu?” Jawabnya:”Tidak dapat apa-apa”.Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib baru masuk ke Masjid Jami’Bashrah,didapatkan beberapa orang yang memberi ceramah didalamnya.Maka ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan dan ternyata tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat,lalu mereka diusir dan tidak diizinkan memberi ceramah di masjid itu,dan ketika sampai di majlis Al Hasan al Bashry,ia berkata:”Hai pemuda,saya akan bertanya kepadamu sesuatu,jika engaku dapat menjawab,aku izinkan engkau terus mengajar disini,tetapi jika engkau tidak dapat menjawab,aku usir engkau sebagaimana lain-lain temanmu yang telah aku usir”.Jawan Al Hasan:”Tanyakan sekehendakmu”.
           Sayyidina Ali bertanya:”Apakah yang dapat mengukuhkan agama ?” Jawab Al Hasan:”Wara” (yakni berjaga-jaga diri/ menjauh dari segala syubhat dan haram).Lalu ditanya:”Apakah yang dapat merusak agama?” Jawabnya:”Tamak (rakus)”.Imam Ali berkata kepadanya:”Engkau boleh tetap mengajar disini,orang yang seperti engkau inilah yang dapat memberi ceramah kepada orang-orang”.
              Seorang guru berkata:”Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku di Iskandariyah,pada suatu hari ketika aku akan membeli sesuatu keperluan dari seseorang yang mengenal aku,timbul dalam perasaan hatiku;mungkin ia tidak menerima uangku ini,tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi: Keselamatan dalam agama hanya memutuskan harapan kepada semua makhluk.

            Wara’ dalam agama itu menunjukkan adanya keyakinan dan sempurnanya bersandar di kepada Allah. Wara’ yaiutu jika merasa tiada hubungan antara dia dengan makhluk,baik dalam pemberian,penerimaan atau penolakan,dan semua itu hanya terlihat langsung dari Allah Ta’ala.Sahl bin Abdullah berkata:”Didalam iman tak ada pandangan sebab perantara,sebab itu hanya  dalam Islam sebelum mencapai iman.

              Semua hamba pasti akan makan rizkinya,hanya mereka berbeda-beda: ada yang makan dengan berhina-hina yaitu para peminta.Ada yang makan rizkinya dengan bekerja keras yaitu kaum buruh,ada yang makan rizkinya dengan menunggu,yaitu pedagang yang menunggu laku barang dagangannya.Adapun yang makan rizkinya dengan rasa mulia,yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara dengan Tuhan       (Al Hikam :46-47 )

Saudaraku Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Tamak dan rakus kepada dunia,dapat menyebabkan hati seseorang terombang-ambing dan selalu dikejar-kejar nafsu untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya,tanpa memperdulikan harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal atau haram.Sehingga pada akhirnya orang yang demikian ini akan terjatuh dalam jurang kehinaan,karena bukan lagi yang menguasai dan memperalat harta,tapi justru dirinyalah yang dikuasai dan diperalat harta.

              Orang yang sudah dimabuk harta atau serakah terhadap harta bisa menjadikan dirinya lupa daratan,gelap mata dan gelap hati.Bahkan menurut K.H.Drs.Ahmad Rifa’i Bukhari dari Kemayoran Budidayan Surabaya,”Gara-gara mempunyai sifat rakus,seseorang itu bisa-bisa disebut sebagai orang gila.Kata orang-orang,”siapa yang rakus pada jabatan disebut gila jabatan,rakus pada pujian disebut gila pujian,rakus pada wanita disebut gila wanita dan begitu pula orang yang tamak terhadap harta bisa disebut gila harta.Jadi orang yang mempunyai sifat tamak itu sepertinya sama dengan orang gila” (Pengajian dalam Rangkah Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Remaja Mushallah Asasuttaqwa Bolo Ujungpangkah Gresik,tanggal 16 Rabi’ul Awal 1412 H = 24 Oktober 1991 M)

              Seseorang yang bersifat tamak pada dasarnya mebuat seseorang yang merdeka menjadi budak.Artinya,ia terbelenggu oleh nafsu dan ambisi untuk menguasai dunia.Bila seseorang sudah kerasukan sifat tamak ini,ia akan mudah diombang-ambingkan oleh nafsunya.
              Dalam Al Hikam disebutkan:
اَنْتَ حُرٌّ مِمَّا اَنْتَ عَنْهُ اَيِسٌ وَعَبْدٌ لِمَا اَنْتَ لَهُ طَا مِعٌ
   “Kamu bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau butuhkan,dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang kamu harapkan” ( Al Hikam : 49  dan Iqazhul Himam: 122)

              Andaikata tidak ada keinginan-keinginan yang palsu,pasti orang akan bebas merdeka tidak akan diperbudak oleh sesuatu yang tidak berarti.

              Contohnya: Burung elang rajawali yang terbang tinggi di angkasa lepas,sukar seorang akan dapat menangkapnya,tetapi ia melihat sepotong daging yang tergantung pada perangkap,maka ia turun oleh sifat tamaknya dari angkasa itu,maka terjebak oleh perangkap itu sehingga ia menjadi permainan anak-anak kecil.

              Fatih al Maushuly ketika ditanya tentang contoh orang yang menurutkan syahwat hawa nafsu dan sifat tamaknya,sedang tidak jauh dari tempat itu ada dua anak yang sedang makan roti,yang satu hanya makan roti,sedang yang kedua roti dengan keju.maka ia berkata kepada temannya:”Berila kepadaku keju”.Jawab temannya:” Jika engkau suka saya jadikan anjingku,saya beri keju”.Jawab yang minta:” Baiklah”.Maka lalu diikat lehernya dengan tali sebagai anjing dan dituntun.Berkata Fatih kepada orang yang bertanya:” Andaikata anak itu tidak tamak pada keju,niscaya tidak menjadi anjing”.

              Terjadi ada seorang murid didatangi gurunya,maka ia ingin menjamu gurunya,lalu ia ingin keluarkan roti tanpa lauk pauk,dan tergerak dalam hati murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna.Kemudian setelah selasai dimakan oleh guru apa yang dihidangkan itu,bangunlah guru itu keluar tiba-tiba di bawa ke penjara untuk ditunjukkan berbagai macamnya orang-orang yang dihukum,baik yang dipukul maupun yang dipotong tangan dan lain-lainnya,lalu berkata guru kepada muridnya:”Semua orang-orang yang kamu lihat itu,yaitu orang yang tidak sabar makan roti saja tanpa lauk pauk.

              Ada seorang yang baru dikeluarkan dari penjara,yang masih terikat kakinya dengan rantai ia minta-minta sepotong roti kepada orang,maka dikatakan oleh orang yang dimintai: “Andaikan sejak dahulu engkau terima dengan sepotong roti,maka takkan terikat kakimu itu”.

              Ada seorang melihat seorang hakim sedang makan dari rontokan buah yang jatuh di sungai,maka orang itu berkata:”Hai Hakim,sekiranya engkau mau kerja pada raja tentu engkau tidak akan sampai makan rontokan buah dalam sungai”.Maka dijawab oleh Hakim:”Andaikan engkau suka menerima makanan ini tidak usah menjadi buruhnya raja (budak raja) ( Al Hikam : 49-50 )

Saudaraku Kaum Muslim Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Akibat sifat tamak sebagaimana dicontohkan diatas dapat menambah wawasan kita,bahwa sifat tamak itu meski kelihatannya sepeleh tetapi sangat berbahaya.Sebab  sifat tamak ini bias menimbulkan sifat-sifat yang tercelah.Banyak sekali orang yang asalnya baik-baik,santu dan dihormati orang lain,namun gara-gara sifat tamak itu ia terseret melakukan tindakan yang tidak terpuji dan akibatnya adalah wibawanya menjadi pudar dan seterusnya menjadi terasing di masyarakat.

              Bisa saja orang yang asalnya tidak tamak terhadap pangkat,jabatan,kedudukan atau pengaruh di tengah-tengah masyarakat.Namun suatu waktu tanpa sengaja ia diminta oleh masyarakatnya untuk mengemban jabatan tertentu atau memimpin organisasi tertentu.Awalnya ia menolak dengan keras,namun karena desakan masyarakat,terpaksa harus diterima.Selanjutnya mau tidak mau harus menjalankan tugas jabatan itu.
              Pada awalnya memang baik dan berlaku jujur dan benar melaksanakan amanat sebagaimana aturan organisasi.Namun keadaan semacam itu tidak dibiarkan oleh syetan.Hari demi hari,mingu  berganti minggu,bulan berganti  bulan,dan tahun berganti tahun,rasa-rasanya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menjabat.Rasanya segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih muda.Kelihatannya enak menjadi seorang tokoh yang dihormati dan berwibawa di tengah-tengah masyarakat.

              Mula-mula timbul dalam hati suatu perasaan bahwa apa yang ia katakan pasti orang lain percaya,apa digagas pasti orang lain setuju,apa yang diperintah pasti orang lain patuh.Dan awalnya kenyataan yang dilihat dan dirasakan memang seperti itu,sehingga ia berkeyakinan bahwa dirinya sudah benar-benar menjadi tokoh panutan yang disenangi,dipercaya,disegani, dihormati dan sekaligus mungkin juga ditakuti.

              Secara perlahan-lahan kenyataan itu menambah kemantapan keyakinan  bahwa dirinya memang merupakan tokoh yang memenuhi syarat itu.Hanya dirinyalah satu-satunya tokoh utama yang ada dalam masyarakat.Dan akhirnya timbullah satu sifat yang tidak disadari,yaitu sifat meremehkan orang lain.Maksudnya menganggap orang lain berada dibawahnya dalam segala hal,baik ilmu,derajat,harta,kecerdasan,kemampuan ataupun lainnya.Orang lain tidak ada yang mempunyai ilmu setinggi dirinya,orang lain bodoh dan tidak mengerti apa-apa.Karenanya semua harus tunduk dan patuh pada dirinya,sebab ia seorang tokoh utama satu-satunya di masyarakat itu.Karena itu tidak boleh ada orang lain yang membantah apalagi  melebihi dirinya.Pokoknya kekuasaan,kepemimpinan dan segala urusan harus berada dibawah kendalinya.Paling tidak,bila ia tidak bisa merebut puncak kursi kepemimpinan,sekurang-kurangnya ia bisa menempatkan orang-orang setianya yang dapat dengan mudah ia kendalikan.

              Karena sudah mabuk kekuasaan,maka siapa yang berani membantah atau menentang harus menerima hukuman darinya.Pokoknya ia harus menguasai segala-galanya,baik pemerintahan,agama,pendidikan,perdagangan,parisiwata dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

              Rupanya secara tak sadar,sifat tamak sudah mulai menjalar dalam hati dan jiwanya.Kalau dulu ia secara keras menolak segala bentuk kepemimpinan saat diminta oleh masyarakat,namun kini berabalik mempertahankannya.Bahkan dengan segala cara ia tempuh agar kepemimpinan tetap berada di tangannya seumur hidupnya.Kata orang Jawa Mariti ,gelem mari kapan wes mati,artinya baru bersedia berhenti kalau ia sudah mati.Pokonya ia senantiasa berusaha agar jangan sampai ada orang yang mencoba mengusik kepemimpinannya.Kalau ada orang lain yang muncul,segera dihadang,dijegal dan kalau perlu dilibas habis.Tidak perduli lagi apa yang dilakukan itu benar atau salah,manfaat atau mudlarat,berdosa atau berpahala.Yang penting ia bias mempertahakan kekuasaannya.

              Bahayanya lagi,bila seseorang sudah kerasukan penyakit tamak ini,maka ia tidak akan punya akal sehat dan rasa malu sedikitpun.Masalah yang kelihatannya sepele pun ia ingin merebutnya.Hanya gara-gara ia tak dimasukkan pada daftar petugas dalam suatu acara saja,ia proten matia-matian,melabrak panitia dan memaksa agar dirinya dilibatkan.Masalahnya ia yakin dengan jalan ini akan mendapat pujian,sanjungan dan penghormatan dari masyarakat.Hanya gara-gara kedahuluan orang lain yang menjadi imam,ia kabur tidak ikut berjamaah.Ia mau berjamaah kalau kebetulan jadwalnya menjadi imam.Bila hanya sebagai makmum tidak pernah berjamaah .Gara-gara khutbah harai raya diisi orang lain saja,ia bikin ulah di masjid,membaikot pelaksanaan shalat dengan menggiring warga untuk shalat keluar kampung,mengajak buyar jama’ah,mengkonsletkan listrik,mengacau pada saat khutbah,memfitnah khatib lain,menjelek-jelekkan,menghina dan merendahkan nya.Hanya gara-gara tidak terpilih sebagai ketua dalam organisasi,ia ngambek,keluar dari organisasi.Karena ia merasa sebagai orang hebat,harus sebagai ketua dimanapun dan dalam organisasi apapun.Dan masih banyak lagi tipe-tipe orang yang kerasukan penyakit tamak ini.

             Pekerjaan orang yang kerasukan penyakit tamak tiap detik hanyalah seperti itu.Dalam benaknya hanya ada satu niat,semua harus menjadi milikku.Tak peduli masalah itu sepele atau besar,mengandung manfaat atau mudlarat,berakibat baik apa buruk.Pokoknya hanya ada satu kata” semua harus menjadi milikku”.Kalau perlu dunia ini bias menjadi miliknya sendiri.

Saudaraku Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Sungguh kasihan nasib orang yang kerasukan penyakit tamak.Hidupnya tak pernah tenang dan tentram.Setiap detik pikirannya bingan,kacau dan menerawang tak karuan.Bagi orang yang tamak hanya punya satu keyakinan,bahwa dirinya akan dihargai,disegani dan ditakuti ,dipercaya dan diikuti orang lain,bila ia punya harta,pangkat,jabatan,kedudukan,karisma di tengah-tengah masyarakat.Karenanya ia harus punya segala-galanya.

             Bahaya penyakit tamak ini sungguh amat besar dan hal itu sudah terbukti nyata di tengah-tengah masyarakat.Akibat sifat tamak,orang bias mengambil jalan apa saja untuk mendapatkan uang.Bahkan banyak yang mengambil jalan syirik,menyekutukan Allah,percaya pada TBC (tahayul,bid,ah dan churafat).Akibat penyakit tamak ini,seseorang bias kehilangan rasa kemanusiaan,menghalalkan segala cara,yang penting dapat harta dan bias meraih pangkat,merendahkan diri pada orang kaya dan pejabat,dan yang paling parah adalah ia tidak akan prnah merasa puas.

              Orang yang serakah itu bagaikan minumair laut yang asin,semakin banyak minum justru semakin haus.Ia tidak pernah merasa puas,terus menerus merasa kurang dan kurang.Diberi satu minta minta dua,diberi dua minta empat,sudah punya sepeda motor ingin punya mobil,sudah punya mobil ingin punya panter,sudah punya panter ingin pubya pesawat dan seterusnya.Dan parahnya lagi,jika ia tidak mendapatkan rahmat dan hidayah Allah,sifat tamak ini tidakakan bisa hilang kecuali bila sudah mati dan dikubur dalam tanah.

              Melihat demikian besar bahaya sifat tamak ini,maka kita hendaknya mengendalikan diri dari sifat ini dengan mendidik diri untuk selalu memiliki sifat qanaah.Menerima apa adanya pemberian Allah diserta tawakkal.Kita harus sadar bahwa orang yang tamak itu fakir meski di sekelilingnya bertumpuk harta,ia budak meski seorang raja,ia lapar meskipun kenyang.

              Dalam hal ini Syaikh Muhammad Nawawi bin mengutip keterangan Wahab bin Munabih Al Yamani yang menceritakan:
مَكْتُوْبٌ فِى التَّوْرَاتِ: اَلْحِرْصُ فَقِيْرٌ وَاِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّ نْيَا وَالْمُطِيْعُ لِلَّهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّا سِ وَاِنْ كَانَ مَمْلُوْكًا وَالْقَانِعُ غَنِيٌّ وَاِنْ كَانَ جَا ئِعًا
   “Ada tertulis dalam Taurat:Orang yang tamak adalah melarat,walaupun memiliki dunia,orang yang taat kepada Allah adalah disenangi,walaupun dia seorang hamba sahaya dan orang yang qana’ah (merasa cukup dengan sekadarnya) adalah kaya,walaupun kelaparan”      ( Nashoihul Ibad : 17 )

              Jadi orang yang terkena penyakit tamak hanyalah bisa disembuhkan dengan qanaah.Menerima dengan lapang dada apa yang dikaruniakan Allah.Harus disadari pula bahwa semua manusia sudah mendapatkan bagian rizki sendiri-sendiri.Dan segala sesuatu yang telah diberikan Allah apapun bentuknya dan bagaimanapun rendahnya nilainya secara ekonomi, asal diterima secara ridla akan membawa kemanfaat,ketenagan dan kedamaian.

              Marilah kita berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat tamak sehingga kehidupan kita menjadi tenang,tentam,aman,damai,makmur dan sejahtera dibawah naungan rahmat,ma’unah dan ridla  Allah.
بَارَكَ اللَهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَ يَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَهُ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ