TAKABBUR ADALAH PENUTUP HIDAYAH ALLAH
Saudaraku Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
Pada kesempatan yang sangat berbahagia,di tempat yang penuh berkah dan memalui mimbar yang mulia ini marilah kita bersama-sama menghaturkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan eahmat,ni’mat,ma’unah,taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian,terutama ni’mat iman dan Islam,umur panjang,kesehatan,baik kesehatan jasmani maupun rohani sehingga sampai pada detik ini kita dapat melaksanakan kewajiban mulia ,berupa pelaksanaan shalat jum’t dalam keadaan sehat wal afiyat,aman,tenteram,damai dan tiada halangan suatu apapun.Semoga suasana seperti ini senantiasa mewarnai perjalanan hidup kita mulai di dunia sampai akhirat.
Dan marilah rasa syukur itu kita wujudkan dengan senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya.Yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,menjauhi segala bentuk kemusyrikan dan kemunafikan sebagai pembuktian iman,senantiasa melakukan amal shaleh dengan penuh kesadaran,kesabaran,kesungguhan dan keikhlasan hati senantiasa mencari ridla Allah.
Taqwa kepada Allah inilah yang akan menumbuhkan amal shaleh sekaligus memperkuat keimanan,menumbuhkan kesadaran dan kesadaran diri kita serta menambah kemantapa hidup dalam menghadapi segala persoalan.Hanya orang yang bertaqwalah yang sadar bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang,hidup ini harus disyukuri,bukan hidup asal hidup,dan lebih dari itu hidup ini adalh perjuangan yang harus dipertangjawabkan di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa memikirkan apa yang kita lakukan untuk kehidupan masa depan.Sebagaimana firman Allah:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْأ اتَّقُوْا اللَهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍّ وَاتَّقُوْا اللَهَ اِنَّ اللَهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),dan bertaqwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S.Al Hasyr : 18 )
Allah Swt memberikan pedoman bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan akhirat manusia haruslah senantiasa membekali diri dengan iman,taqwa,amal shaleh dan senantiasa mengingat masa depannya,khususnya pertanggungjawab di akhirat.Dengan bekal iman,taqwa,amal shaleh serta senantiasa muhasabah,mengoreksi diri dan senantiasa mempersiapkan diri untuk kepentingan akhirat,ia akan menjadi manusia unggulan,yang bahagia hidupnya secara lahir batin,selamat,sejahtera,aman dan damai dengan ridla Allah.
Sebagai seorang muslim tentu kita sudah meyakini seyakin-yakinnya,bahwa Allah senantiasa membimbing hamba-Nya agar mencapai kesuksesan dalam hidupnya.Islam mengharapkan agar hidup manusia ini tidak sia-sia,terhindar dari segala malapetaka dan bencana,serta senantiasa mendapatkan pertolongan Allah,diberi keselamatan dan kebahagiaan sepanang hidupnya.Untuk itu hendaklah kita senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah atas dasar iman ,taqwa dan amal shaleh,membersihkan diri dari segala sifat tercela,menghiasi diri dengan sifat terpuji,sehingga mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah,yaitu berupa pertolongan Allah,diberi kebahagiaan hidup yang hakiki semenjak hidup di dunia sampai di alam akhirat.
Saudaraku Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita harus senantiasa memperkuat keimanan,ketaqwaan dan senantiasa melakukan amal yang merupakan modal utama menraih keselamatan,kebahagiaan dan ridla Allah.Iman,taqwa dan amal shaleh ini akan dapat diraih apabila didukung oleh akhlaq mulia dan jauh dari sifat-sifat madzmumah yang menjerumuskan diri pada kehidupan hina,sengsara dan siksa Allah.Sifat-sifat tercela itu diantara adalalah somobong,irihati,dendam,ghibah ,fitnah adu domba dan sebagainya.Dari sifat-sifat tercela itu yang amat membahayakan adalah sifat sombong.Sifat sombong ini adalah salah satu dari biang kemaksiatan,virus utama kekotoran hati dan pendorong melakukan kejahatan.
Dalam salah satu hadits,disebutkan bahwa Rasulullah saw mewant-wanti agar menjauhi akar dan biang keladi kemaksiatan di muka bumi ini.Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a:
اِيَّاكُمْ وَالْكِبْرَ فَاِ نَّ اِبْلِيْسَ حَمَلَهُ الْكِبْرُ عَلَى اَنْ لاَيَسْجُدَ لآَِدَمَ وَاِيَّاكُم وَالْحِرْصَ فاِنَّ اَدَمَ حَمَلَهُ الْحِرْصُ عَلَى اَكْلِ الشَّجَرَةِ وَاِيَّاكُمَْ وَالْحَسَدَ فَاِنَّ ابْنَى اَدَمَ اِنَّمَا قَتَلَ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ حَسَدًا فَهُنَّ اَصْلُ كُُلِّ خَطِيْئَةٍ
“Jauhilah sifat sombong,sesungguhnya Iblis menolak sujud/menghormat kepada Adam sebab terdorong oleh kesombongan,jauhilah serakah,sesungguhnya Adam sampai memakan buah (khuldi) karena terdorong oleh sifat keserakahannya yang tak dapat dikendalikan,dan jauhilah dengki karena kedua putera Adam sampai melakukan pembunuhan terhada saudaranya karena terdorong sifat dengki.Semua sifat-sifat itu merupakan sumber perbuatan dosa “( H.R.Qusyairi dan Ibnu ‘Asakir)
Saudaraku Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Untuk mengantisipasi timbulnya kesombongan dari hati sanbari kita hendaknya mengerti benar apa sesungguhnya arti sombong itu.Dalam hal ini Syahminan Zaini mengartikan Sombong (Takabbur) adalah memandang rendah orang lain,dan memandang tinggi atau mulia diri sendiri.Nabi Muhammad saw mengartikan takabbur dengan sabdanya:
اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Takabbur ialah menolak kebenaran dan menghinakan manusia” (H.R.Muslim)
Takabbur itu dapat disebabkan oleh karena:
a.Kekuasaan
b.Kekayaan
c.Kepintaran (ilmu yang banyak)
d.Kecantikan
e.Kebangsawanan
f.Dan lain-lain sebagainya.
Karena ia berkuasa atau kaya atau pintar atau cantik atau bangsawan,lantas ia merendahkan orang lain atau menolak kebenaran.Karena orang lain itu tidak berkuasa,tidak kaya,tidak pintar,tidak cantik dan tidak bangsawan seperti dia.Dan takabbur itu dapat terjadi terhadap:
a.Allah,dengan tidak menghiraukan ajaran dan ancaman-Nya.
b.Nabi/Rasul,dengan meremehkan sunnahnya
c.Manusia,seperti diuraikan diatas
Allah sangat tidak suka kepada orang yang mempunyai sifat dan sikap takabbur ini.Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَا دَتِى سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Aku,akan dimasukkan kedalam neraka Jahannam dengan terhina” (Q.S.Al Mu’min:60 )
Nabi Muhammad saw bersabda bahwa Allah SWT berfirman:
اَلْعِزُّ اِزَارِى وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَائِى فَمَنْ نَازَعَنِىَ مِنْهُمَا شَيْئًا عَذَّبْتُهُ
“Kemuliaan itu ibarat sarung-Ku,dan kesombongan itu ibarat selendang-Ku,maka barangsiapa yang hendak menyamai Aku dalam kedua sifat tersebut niscaya akan Aku siksa dia” (H.R.Muslim)
Walaupun sifat dan sikap takabbur itu hanya ada sebesar dzarrah dalam hati seseorang,Allah sangat tidak menyukainya juga,sehingga orang itu tidak akan dimasukkan –Nya kedalam surga.
Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidaklah masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah”(H.R.Muslim) ( Syahminan Zaini:68-70 )
Saudaraku Kaum Muslimin yang sangat dimuliakan Allah
Sombong adalah suatu sikap besar diri dan suka menganggap orang lain remeh.Hanya dialah yang berdiri sangat besar mengalahkan yang lain,demikian kata hatinya.
Adapun sombong terbagi dua;sombong lahiriyah dan sombong batiniyah.Sombong lahiriyah terletak pada amal perbuatan yang kelihatan dari anggota badannya,missal cara berjalan,cara berbicara dan lain-lain yang mencerminkan besar diri.Sombong bathiniyah sering menancap pada watak,perangai dan pada akhirnya menjadik akhlaq kesombongan.
Dan inti pucak kesombongan adalah pelakunya sudah menolak kebenaran.Kadang-kadang ada juga tingkah laku seseorang dinilai sombong,padahal sebenarnya tidak.Ia hanya melakukan suatu karena keterpaksaan atau keharusan dalam penampilan dimuka umum.Selama ia tidak menolak kebenaran belum bisa dikatakan sombong.
Sombong itu merupakan watak Iblis dan orang yang sombong berarti mewarisi sifat Iblis.Sifat sombong mengakibatkan pelakunya dikutuk oleh Allah.Kita ingat,sebenarnya Iblis itu makhluq Allah yang alim, pandai,cerdas,bahkan menjadi pemimpin malaikat,namun akibat ia sombong maka nilai kealiman dan kekhususuannya menjadi makhluq yang terlaknat.
Seorang yang berbuat sombong bisa disebabkan berbagai macam perkara.Selain yang telah disebutkan diatas masih ada lagi yang menyebabkan seseorang menjadi sombong,seperti :
1.Amal ibadah.
Karena ia merasa banyak melakukan amal ibadah,kuat berdzikir,rajin melakukan puasa sunat,rajin ke masjid,banyak menyumbang ke panti-panti asuhan,lalu ia merasa sebagai orang yang paling baik dan tidak ada seorang pun yang menyamai kebaikannya.Jadi amal ibadah dapat membuka peluang munculnya sifat sombong.
2.Kepandaian pidato/berbicara.
Karena memiliki kepandaian berpidato,banyak penggemarnya,pandai berdebat dan sanggup melawan setiap pembicara dalam berbagai forum diskusi,seminar,simpium ,persidangan dan sebagainya.Lalu ia merasa paling pandai dan pakar tulen tanpa tanding.Kemampuan ini sangat besar peluangnya untuk sombong.
3.Kesaktian,kewibawaan dan pengaruh.
Karena merasa memiliki kesaktian,tidak mempan ditembak,tahan pukul,bisa meremas besi,sanggup melewati api membara,jago gulat,pendekar pencak pilih tanding,ibarat “gak tedas tapak palune pande sirane gerindo,ditumbak lakak-lakak, dibedil mengsle,dipaku guyu,dijepit bledat”( tidak mempan dipukul palu seorang pandai besi,kepala gerindo,ditusuk tertawa terbahak-bahak,dipaku tertawa,dijepit melesat).Akhirnya merasa memiliki kelebihan dan keunggulan dari orang lain.Inipun sangat besar peluangnya bagi orang yang bersangkutan untuk sombong.
4.Banyak pengikut,murid dan tamu
Seorang tokoh dalam suatu masyarakat biasanya mempunyai pendukung fanatik,seorang dosen atau guru punya banyak murid dan mahasiswa,seorang kiyai punyai banyak santri,seorang paranormal atau dukun punya banyak tamu/pasien.Ini juga sangat besar peluangnya untuk berlaku sombong.
5.Prestasi dan Kepopuleran
Dalam dunia modern banyak prestasi yang dilakukan oleh seseorang di berbagai nidang.Mulia dari pendidikan,kesenian,olah raga,pertanian,perdagangan dan lain sebagainya sehingga membuat namanya popular atau banyak dikenal orang.Prestasi dan kepopuleran yang dicapai seseorang juga membuka peluang untuk sombong.
Sifat sombong ini menjadi sumber kemaksiatan seseorang dan menjadi induk dari segala kesalahan yang mengakibatkan kotornya hati.Bila ingin hati terbebas dari kotoran dan terhindar dari segala macam bentuk kemaksiatan,hendaklah dijauhi sifat sombong.Kita obati sifat sombong ini dengan tawadlu’ ,merendahkan diri.Kita tidak usah khawatir merosot derajat atau bertambah hina mkalau bersikap rendah diri pada orang lain.Justru dengan bersikap tawadlu’ orang lain malah memuliakan kita.
Kita masih ingat pada nasehat para orang tua,”Ojo adigang adigung adiguno sopo siro sopo ingsun”.Kata Muwafiq Ahmadi,Kepala Desa Bolo 1996-2003,” Ojo nebah dodo,ngucap sopo aku,tapi ngucapo aku iki sopo” Jangan mengatakan siapa saya,tapi katakanlah saya ini siapa”,maksudnya jangan membusungkan dada dan menyombongkan diri tapi hendaklah mengerti dan merendahkan diri.
Nyai Hj.Siti Asiyah Munir,muballighah kondang tahun 1970 an asal Sidoarjo dalam ceramahnya pernah menyatakan,”Manusia yang sombong itu adalah manusia yang tidak tahu diri,tidak tahu malu dan lupa diri dan super bodoh.Bayangkan saja,andai saja kita mau mengingat asalnya pasti akan malu sendiri kalau bersikap sombong.Asal ingat saja,kita ini asalnya dari tanah yang dicampu air,dari setetes air hina,kalau orang Jawa bilang “Bleto-an” (Lumpur yang ada di air comberan).Jangan menyentuh mendekat saja sudah tidak sudi karena baunya.
Tapi aneh,baru jadi kepala kampung saja sudah sombong setengah mati.Lebih-lebih lagi kalau sudah jadi orang intelek,kayak-kayanya sudah berlagak seperti Tuhan saja.Apakah tidak sadar bahwa kita ini asalnya tidak ada dan tidak punya apa-apa,lebih-lebih lagi sepandai apapun dan setinggi apappun jabatan yang kita sandang,kita tetap manusia biasa dan tidak bisa tidak, kita ini juga akan mati,tidak ada yang pasti terjadi pada kita selain mati.Oleh sebab itu janganlah sombong,tapi hendaklah bersikap tawadlu’”
Saudaraku Kaum Muslimin yang sangat dimuliakan Allah
Kita harus pandai mengaca diri ,diri kita ini siapa ,apa yang dapat kita sombongkan dan banggakan.Kita asalnya tidak ada,tidak punya apa-apa ,patutkah berlaku sombong pada sesama ?.Tidakkah kita malu pada Allah Yang Maha Agung dan pemilik segala-galanya,malu pada Rasulullah ,para shahabat,para ulama dan orang-orang yang shaleh sebelum kita ?.Mereka adalah orang-orang mulia dan punya kedudukan terhormat di mata Allah dan manusia namun tetap rendah diri pada sesama manusia.
Bayangkan,Rasulullah saw sebagai makhluk termulia diatas semua makhluk namun tidak pernah berlaku sombong.Beliau tidak minta diistimewakan,diberi penghormatan berlebihan,apalagi gila kehormatan,tidak mau disanjung-sanjung,apalagi gila sanjungan,tidak pernah meremehkan orang lain apalagi merendhkannya.”Nabi Muhammad senantiasa periang (gembira),budi pekertinya baik (luwes),senantiasa ramah tamah,tidak kasar maupun bengis terhadap seseorang,tidak suka berteriak-teriak,tidak suka perbuatan yang keji,tidak suka mencaci,dan tidak suka bergurau (olok-olokan),selalu melupakan apa yang tidak disukainya,dan pernah menolak permintaan orang yang meninta” ( Hayautush Shahabah,oleh Syaikh Muhammad Yusuf al Kandahlawy,terj.K.H.Bey Arifin dan M.Yunus Ali al Muhdhar,1993:23 )
Ketawadlu’an beliau itu diikuti pula oleh para shahabat,para tabi’in,hingga para ulama sesudahnya yang mulia dan terhormat.Banyak ulama terdahulu yang dalam sikap ,tingkah dan perbuatannya sangat jauh dari sikap sombong dan sok tahu,baik dalam sikap,tingkah laku dan perbuatannya sungguh mencerminkan sikap tawaddu,jauh dari riya.sum’ah dan sebagainya.Mereka benar-benar dapat dijadikan suri tauladan bagi generasi kita dan masa mendatang.Satu diantaranya adalah K.H.Muhammad Faqih Maskumambang,Pengurus Besar NU semasa K.H.M.Hasyim Asy’ari yang kesohor kealiman ilmunya namun jauh dari sifat sombong apalagi menonjolkan diri.Pada suatu hari,putra beliau yang bernama Ammar yang baru saja pulang dari jelajah ke berbagai pesantren besar di tanah Jawa ini.Dalam pertemuan antara orang tua dan anak,tanpa sengaja putra beliau menyanjng kealimannya.Mendapat sanjungan seperti beliau,beliau tidak malah bangga,bahkan mengis seraya beristifar berkali sambil meyakinkan pada putranya bahwa sesungguhnya ia tidak bisa apa-apa.
Bahkan saking tawadldlu’nya,meski beliau sudah menjadi pengasuh pesantren kesohor pada saat itu,beliau masih mengaji pada K.H.Muhammad
Pada kesempatan yang sangat berbahagia,di tempat yang penuh berkah dan memalui mimbar yang mulia ini marilah kita bersama-sama menghaturkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan eahmat,ni’mat,ma’unah,taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian,terutama ni’mat iman dan Islam,umur panjang,kesehatan,baik kesehatan jasmani maupun rohani sehingga sampai pada detik ini kita dapat melaksanakan kewajiban mulia ,berupa pelaksanaan shalat jum’t dalam keadaan sehat wal afiyat,aman,tenteram,damai dan tiada halangan suatu apapun.Semoga suasana seperti ini senantiasa mewarnai perjalanan hidup kita mulai di dunia sampai akhirat.
Dan marilah rasa syukur itu kita wujudkan dengan senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya.Yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,menjauhi segala bentuk kemusyrikan dan kemunafikan sebagai pembuktian iman,senantiasa melakukan amal shaleh dengan penuh kesadaran,kesabaran,kesungguhan dan keikhlasan hati senantiasa mencari ridla Allah.
Taqwa kepada Allah inilah yang akan menumbuhkan amal shaleh sekaligus memperkuat keimanan,menumbuhkan kesadaran dan kesadaran diri kita serta menambah kemantapa hidup dalam menghadapi segala persoalan.Hanya orang yang bertaqwalah yang sadar bahwa hidup ini adalah perjalanan panjang,hidup ini harus disyukuri,bukan hidup asal hidup,dan lebih dari itu hidup ini adalh perjuangan yang harus dipertangjawabkan di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa memikirkan apa yang kita lakukan untuk kehidupan masa depan.Sebagaimana firman Allah:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْأ اتَّقُوْا اللَهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍّ وَاتَّقُوْا اللَهَ اِنَّ اللَهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),dan bertaqwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S.Al Hasyr : 18 )
Allah Swt memberikan pedoman bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan akhirat manusia haruslah senantiasa membekali diri dengan iman,taqwa,amal shaleh dan senantiasa mengingat masa depannya,khususnya pertanggungjawab di akhirat.Dengan bekal iman,taqwa,amal shaleh serta senantiasa muhasabah,mengoreksi diri dan senantiasa mempersiapkan diri untuk kepentingan akhirat,ia akan menjadi manusia unggulan,yang bahagia hidupnya secara lahir batin,selamat,sejahtera,aman dan damai dengan ridla Allah.
Sebagai seorang muslim tentu kita sudah meyakini seyakin-yakinnya,bahwa Allah senantiasa membimbing hamba-Nya agar mencapai kesuksesan dalam hidupnya.Islam mengharapkan agar hidup manusia ini tidak sia-sia,terhindar dari segala malapetaka dan bencana,serta senantiasa mendapatkan pertolongan Allah,diberi keselamatan dan kebahagiaan sepanang hidupnya.Untuk itu hendaklah kita senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah atas dasar iman ,taqwa dan amal shaleh,membersihkan diri dari segala sifat tercela,menghiasi diri dengan sifat terpuji,sehingga mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah,yaitu berupa pertolongan Allah,diberi kebahagiaan hidup yang hakiki semenjak hidup di dunia sampai di alam akhirat.
Saudaraku Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini kita harus senantiasa memperkuat keimanan,ketaqwaan dan senantiasa melakukan amal yang merupakan modal utama menraih keselamatan,kebahagiaan dan ridla Allah.Iman,taqwa dan amal shaleh ini akan dapat diraih apabila didukung oleh akhlaq mulia dan jauh dari sifat-sifat madzmumah yang menjerumuskan diri pada kehidupan hina,sengsara dan siksa Allah.Sifat-sifat tercela itu diantara adalalah somobong,irihati,dendam,ghibah ,fitnah adu domba dan sebagainya.Dari sifat-sifat tercela itu yang amat membahayakan adalah sifat sombong.Sifat sombong ini adalah salah satu dari biang kemaksiatan,virus utama kekotoran hati dan pendorong melakukan kejahatan.
Dalam salah satu hadits,disebutkan bahwa Rasulullah saw mewant-wanti agar menjauhi akar dan biang keladi kemaksiatan di muka bumi ini.Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a:
اِيَّاكُمْ وَالْكِبْرَ فَاِ نَّ اِبْلِيْسَ حَمَلَهُ الْكِبْرُ عَلَى اَنْ لاَيَسْجُدَ لآَِدَمَ وَاِيَّاكُم وَالْحِرْصَ فاِنَّ اَدَمَ حَمَلَهُ الْحِرْصُ عَلَى اَكْلِ الشَّجَرَةِ وَاِيَّاكُمَْ وَالْحَسَدَ فَاِنَّ ابْنَى اَدَمَ اِنَّمَا قَتَلَ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ حَسَدًا فَهُنَّ اَصْلُ كُُلِّ خَطِيْئَةٍ
“Jauhilah sifat sombong,sesungguhnya Iblis menolak sujud/menghormat kepada Adam sebab terdorong oleh kesombongan,jauhilah serakah,sesungguhnya Adam sampai memakan buah (khuldi) karena terdorong oleh sifat keserakahannya yang tak dapat dikendalikan,dan jauhilah dengki karena kedua putera Adam sampai melakukan pembunuhan terhada saudaranya karena terdorong sifat dengki.Semua sifat-sifat itu merupakan sumber perbuatan dosa “( H.R.Qusyairi dan Ibnu ‘Asakir)
Saudaraku Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Untuk mengantisipasi timbulnya kesombongan dari hati sanbari kita hendaknya mengerti benar apa sesungguhnya arti sombong itu.Dalam hal ini Syahminan Zaini mengartikan Sombong (Takabbur) adalah memandang rendah orang lain,dan memandang tinggi atau mulia diri sendiri.Nabi Muhammad saw mengartikan takabbur dengan sabdanya:
اَلْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Takabbur ialah menolak kebenaran dan menghinakan manusia” (H.R.Muslim)
Takabbur itu dapat disebabkan oleh karena:
a.Kekuasaan
b.Kekayaan
c.Kepintaran (ilmu yang banyak)
d.Kecantikan
e.Kebangsawanan
f.Dan lain-lain sebagainya.
Karena ia berkuasa atau kaya atau pintar atau cantik atau bangsawan,lantas ia merendahkan orang lain atau menolak kebenaran.Karena orang lain itu tidak berkuasa,tidak kaya,tidak pintar,tidak cantik dan tidak bangsawan seperti dia.Dan takabbur itu dapat terjadi terhadap:
a.Allah,dengan tidak menghiraukan ajaran dan ancaman-Nya.
b.Nabi/Rasul,dengan meremehkan sunnahnya
c.Manusia,seperti diuraikan diatas
Allah sangat tidak suka kepada orang yang mempunyai sifat dan sikap takabbur ini.Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَا دَتِى سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Aku,akan dimasukkan kedalam neraka Jahannam dengan terhina” (Q.S.Al Mu’min:60 )
Nabi Muhammad saw bersabda bahwa Allah SWT berfirman:
اَلْعِزُّ اِزَارِى وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَائِى فَمَنْ نَازَعَنِىَ مِنْهُمَا شَيْئًا عَذَّبْتُهُ
“Kemuliaan itu ibarat sarung-Ku,dan kesombongan itu ibarat selendang-Ku,maka barangsiapa yang hendak menyamai Aku dalam kedua sifat tersebut niscaya akan Aku siksa dia” (H.R.Muslim)
Walaupun sifat dan sikap takabbur itu hanya ada sebesar dzarrah dalam hati seseorang,Allah sangat tidak menyukainya juga,sehingga orang itu tidak akan dimasukkan –Nya kedalam surga.
Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidaklah masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah”(H.R.Muslim) ( Syahminan Zaini:68-70 )
Saudaraku Kaum Muslimin yang sangat dimuliakan Allah
Sombong adalah suatu sikap besar diri dan suka menganggap orang lain remeh.Hanya dialah yang berdiri sangat besar mengalahkan yang lain,demikian kata hatinya.
Adapun sombong terbagi dua;sombong lahiriyah dan sombong batiniyah.Sombong lahiriyah terletak pada amal perbuatan yang kelihatan dari anggota badannya,missal cara berjalan,cara berbicara dan lain-lain yang mencerminkan besar diri.Sombong bathiniyah sering menancap pada watak,perangai dan pada akhirnya menjadik akhlaq kesombongan.
Dan inti pucak kesombongan adalah pelakunya sudah menolak kebenaran.Kadang-kadang ada juga tingkah laku seseorang dinilai sombong,padahal sebenarnya tidak.Ia hanya melakukan suatu karena keterpaksaan atau keharusan dalam penampilan dimuka umum.Selama ia tidak menolak kebenaran belum bisa dikatakan sombong.
Sombong itu merupakan watak Iblis dan orang yang sombong berarti mewarisi sifat Iblis.Sifat sombong mengakibatkan pelakunya dikutuk oleh Allah.Kita ingat,sebenarnya Iblis itu makhluq Allah yang alim, pandai,cerdas,bahkan menjadi pemimpin malaikat,namun akibat ia sombong maka nilai kealiman dan kekhususuannya menjadi makhluq yang terlaknat.
Seorang yang berbuat sombong bisa disebabkan berbagai macam perkara.Selain yang telah disebutkan diatas masih ada lagi yang menyebabkan seseorang menjadi sombong,seperti :
1.Amal ibadah.
Karena ia merasa banyak melakukan amal ibadah,kuat berdzikir,rajin melakukan puasa sunat,rajin ke masjid,banyak menyumbang ke panti-panti asuhan,lalu ia merasa sebagai orang yang paling baik dan tidak ada seorang pun yang menyamai kebaikannya.Jadi amal ibadah dapat membuka peluang munculnya sifat sombong.
2.Kepandaian pidato/berbicara.
Karena memiliki kepandaian berpidato,banyak penggemarnya,pandai berdebat dan sanggup melawan setiap pembicara dalam berbagai forum diskusi,seminar,simpium ,persidangan dan sebagainya.Lalu ia merasa paling pandai dan pakar tulen tanpa tanding.Kemampuan ini sangat besar peluangnya untuk sombong.
3.Kesaktian,kewibawaan dan pengaruh.
Karena merasa memiliki kesaktian,tidak mempan ditembak,tahan pukul,bisa meremas besi,sanggup melewati api membara,jago gulat,pendekar pencak pilih tanding,ibarat “gak tedas tapak palune pande sirane gerindo,ditumbak lakak-lakak, dibedil mengsle,dipaku guyu,dijepit bledat”( tidak mempan dipukul palu seorang pandai besi,kepala gerindo,ditusuk tertawa terbahak-bahak,dipaku tertawa,dijepit melesat).Akhirnya merasa memiliki kelebihan dan keunggulan dari orang lain.Inipun sangat besar peluangnya bagi orang yang bersangkutan untuk sombong.
4.Banyak pengikut,murid dan tamu
Seorang tokoh dalam suatu masyarakat biasanya mempunyai pendukung fanatik,seorang dosen atau guru punya banyak murid dan mahasiswa,seorang kiyai punyai banyak santri,seorang paranormal atau dukun punya banyak tamu/pasien.Ini juga sangat besar peluangnya untuk berlaku sombong.
5.Prestasi dan Kepopuleran
Dalam dunia modern banyak prestasi yang dilakukan oleh seseorang di berbagai nidang.Mulia dari pendidikan,kesenian,olah raga,pertanian,perdagangan dan lain sebagainya sehingga membuat namanya popular atau banyak dikenal orang.Prestasi dan kepopuleran yang dicapai seseorang juga membuka peluang untuk sombong.
Sifat sombong ini menjadi sumber kemaksiatan seseorang dan menjadi induk dari segala kesalahan yang mengakibatkan kotornya hati.Bila ingin hati terbebas dari kotoran dan terhindar dari segala macam bentuk kemaksiatan,hendaklah dijauhi sifat sombong.Kita obati sifat sombong ini dengan tawadlu’ ,merendahkan diri.Kita tidak usah khawatir merosot derajat atau bertambah hina mkalau bersikap rendah diri pada orang lain.Justru dengan bersikap tawadlu’ orang lain malah memuliakan kita.
Kita masih ingat pada nasehat para orang tua,”Ojo adigang adigung adiguno sopo siro sopo ingsun”.Kata Muwafiq Ahmadi,Kepala Desa Bolo 1996-2003,” Ojo nebah dodo,ngucap sopo aku,tapi ngucapo aku iki sopo” Jangan mengatakan siapa saya,tapi katakanlah saya ini siapa”,maksudnya jangan membusungkan dada dan menyombongkan diri tapi hendaklah mengerti dan merendahkan diri.
Nyai Hj.Siti Asiyah Munir,muballighah kondang tahun 1970 an asal Sidoarjo dalam ceramahnya pernah menyatakan,”Manusia yang sombong itu adalah manusia yang tidak tahu diri,tidak tahu malu dan lupa diri dan super bodoh.Bayangkan saja,andai saja kita mau mengingat asalnya pasti akan malu sendiri kalau bersikap sombong.Asal ingat saja,kita ini asalnya dari tanah yang dicampu air,dari setetes air hina,kalau orang Jawa bilang “Bleto-an” (Lumpur yang ada di air comberan).Jangan menyentuh mendekat saja sudah tidak sudi karena baunya.
Tapi aneh,baru jadi kepala kampung saja sudah sombong setengah mati.Lebih-lebih lagi kalau sudah jadi orang intelek,kayak-kayanya sudah berlagak seperti Tuhan saja.Apakah tidak sadar bahwa kita ini asalnya tidak ada dan tidak punya apa-apa,lebih-lebih lagi sepandai apapun dan setinggi apappun jabatan yang kita sandang,kita tetap manusia biasa dan tidak bisa tidak, kita ini juga akan mati,tidak ada yang pasti terjadi pada kita selain mati.Oleh sebab itu janganlah sombong,tapi hendaklah bersikap tawadlu’”
Saudaraku Kaum Muslimin yang sangat dimuliakan Allah
Kita harus pandai mengaca diri ,diri kita ini siapa ,apa yang dapat kita sombongkan dan banggakan.Kita asalnya tidak ada,tidak punya apa-apa ,patutkah berlaku sombong pada sesama ?.Tidakkah kita malu pada Allah Yang Maha Agung dan pemilik segala-galanya,malu pada Rasulullah ,para shahabat,para ulama dan orang-orang yang shaleh sebelum kita ?.Mereka adalah orang-orang mulia dan punya kedudukan terhormat di mata Allah dan manusia namun tetap rendah diri pada sesama manusia.
Bayangkan,Rasulullah saw sebagai makhluk termulia diatas semua makhluk namun tidak pernah berlaku sombong.Beliau tidak minta diistimewakan,diberi penghormatan berlebihan,apalagi gila kehormatan,tidak mau disanjung-sanjung,apalagi gila sanjungan,tidak pernah meremehkan orang lain apalagi merendhkannya.”Nabi Muhammad senantiasa periang (gembira),budi pekertinya baik (luwes),senantiasa ramah tamah,tidak kasar maupun bengis terhadap seseorang,tidak suka berteriak-teriak,tidak suka perbuatan yang keji,tidak suka mencaci,dan tidak suka bergurau (olok-olokan),selalu melupakan apa yang tidak disukainya,dan pernah menolak permintaan orang yang meninta” ( Hayautush Shahabah,oleh Syaikh Muhammad Yusuf al Kandahlawy,terj.K.H.Bey Arifin dan M.Yunus Ali al Muhdhar,1993:23 )
Ketawadlu’an beliau itu diikuti pula oleh para shahabat,para tabi’in,hingga para ulama sesudahnya yang mulia dan terhormat.Banyak ulama terdahulu yang dalam sikap ,tingkah dan perbuatannya sangat jauh dari sikap sombong dan sok tahu,baik dalam sikap,tingkah laku dan perbuatannya sungguh mencerminkan sikap tawaddu,jauh dari riya.sum’ah dan sebagainya.Mereka benar-benar dapat dijadikan suri tauladan bagi generasi kita dan masa mendatang.Satu diantaranya adalah K.H.Muhammad Faqih Maskumambang,Pengurus Besar NU semasa K.H.M.Hasyim Asy’ari yang kesohor kealiman ilmunya namun jauh dari sifat sombong apalagi menonjolkan diri.Pada suatu hari,putra beliau yang bernama Ammar yang baru saja pulang dari jelajah ke berbagai pesantren besar di tanah Jawa ini.Dalam pertemuan antara orang tua dan anak,tanpa sengaja putra beliau menyanjng kealimannya.Mendapat sanjungan seperti beliau,beliau tidak malah bangga,bahkan mengis seraya beristifar berkali sambil meyakinkan pada putranya bahwa sesungguhnya ia tidak bisa apa-apa.
Bahkan saking tawadldlu’nya,meski beliau sudah menjadi pengasuh pesantren kesohor pada saat itu,beliau masih mengaji pada K.H.Muhammad
jobbb
ReplyDelete