HUKUM MEMBUAT SHOLAWAT KEPADA NABI MUHAMMAD SAW
Diatas sudah dikemukakan bahwa bentuk shalawat ada dua macam, yaitu Shalawat Ma’tsur dan Shalawat Ghoiru Ma’tsur . Kalau terhadap Shalawat Ma’tsur, artinya shalawat yang diajarkan oleh Nabi SAW jelas tidak menimbulkan persoalan apapun, baik susunan maupun hukum pengamalanya . Namun Shalawat Ghoiru Ma’tsur shalawat tidaklah diterima begitu saja di kalangan ulama.Karena itu, timbullah permasalahan, bolehkan seseorang mengamalkan shalawat yang tidak pernah diajarkan oleh Rasululloh SAW ? .Dalam hal ini ulama Ahlussunnah Wal Jamaah menyatakan boleh mengamalkan shalawat – shalawat yang disusun para ulama dan auliya .dan bahkan disunnahkan sebagai paradigma umum yang mengakui adanya bid’ah hasanah. Pandangan inilah yang dianut oleh mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jamaah.
Namun permasalahan hukum bolehnya mengamalkan shalawat ghairu ma’tsur itu pada akhir – akhir ini rupanya diusik kembali dengan munculnya tuduhan yang dilancarkan oleh H.Mahrus Ali terhadap keberadaan shalawat – shalawat itu melalui bukunya “ Mantan Kiai NU Menggugas Shalawat dan Dzikir Syirik” . Menurutnya, setiap shalawat yang tidak pernah dibaca dan diajarkan oleh Rasululloh SAW dan para shahabatnya adalah bid’ah, syirik, kufur, harus dibuang jauh – jauh , pembacanya hraus bertaubat dan tidak membaca lagi.
Kita kutip salah satu komentar H.Mahrus Ali yang menyatakan kebid’ahan shalawat Nariyah misalnya,“ Kita buang shalawat bid’ah itu dan kita bertobat untuk tidak membacanya lagi” . H.Mahrus Ali memandang semua shalawat yang tidak pernah dibaca dan diajarkan Nabi adalah bid’ah dan harus dibuang.
Dan diakhir pembahasan ia mengutip pendapat Syekh Muhammad bin Shaleh Al- Utsaimin, dimana dinyatakan oleh Al- Utsaimin: Orang – orang yang mengada- ada dzikir dan shalawat tanpa dalil dari hadits Nabi SAW menyatakan bahwa Nabi adalah sayyid. Padahal arti dan makna dalam kandungan kata “ sayyid” adalah tidak diperkenankan bagi seorang untuk menambah atau mengurangi syari’atnya. Hendaklah seseorang memperhatikan apa yang dikatakan hingga persoalanya jelas dan dia tahu bahwa dirinya ikut pada Rasululloh SAW dan tidak mengada- ada syari’at .
Pernyataan ini sempat meresahkan masyarakat, terutama dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah yang sudah ribuan tahun mengamalkanya dan senang dengan amalan shalawat tersebut. Bahkan gara –gara buku, banyak anak mudah NU mulai bimbang dengaan amaliah yang selama ini mereka jalankan.
Untuk menepis keresahan dan keraguan ini, terpaksa penulis ikut berbicara, urun rembug, tanpa ada maksud apa – apa kecuali meluruskan pandangan yang keliru dan sepertinya sangat dermawan dengan cap syirik dan kufur.
Kalau H.Mahrus Ali berpandangan bahwa setiap shalawat yang tidak diajarkan dan dibaca oleh Rasululloh SAW harus dibuang,menyuruh bertaubat dan tidak boleh membacanya lagi, maka sesungguhnya pendapat itu malah bertentangan dengan sunnah Rasululloh SAW dan amaliah para shahabat sendiri. Mengapa demikian ?,karena ia telah melarang apa yang diperbolehkan oleh Rasululloh SAW dan menyalahkan amaliah para shahabat.
Pandangan tersebut bertentangan dengan sunnah Rasululloh SAW, sebab Rasululloh SAW tidak pernah melarangnya. Selain itu, pada saat Rasululloh SAW masih hidup ada beberapa shahabat yang mengamalkan shalawat yang tidak pernah diajarkan Nabi, mereka membuat shalawat sendiri. Diantaranya adalah Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a, salah seorang Shahabat Rasululloh yang dijamin masuk surga, mendapat julukan pintu ilmu dan tidak pernah tersentuh kekufuran.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a mengajarkan shalawat kepada Rasululloh SAW. Sebagaimana diceritakan oleh:
عَنْ سَلاَمَةَ الْكِنْدِيِّ قَالَ: كَانَ عَلِيٌّ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ يُعَلّمُ النَّاسَ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِّيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : اَللَّهُمَّ دَاحِىَ الْمَدْحُوَّاتِ, وَبَارِئَ الْمَسْمُوْكَاتِ, وَجَبَّارَ الْقُلُوْبِ عَلَى فِطْرَتِهَا شَقِيِّهَا وَسَعِيْدِ هَا,اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ وَنَوَاميَ بَرَكَاتِكَ وَرَأْفَةَ تَحَنُّنِكَ , عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِ كَ وَرَسُوْلِكَ, الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالْمُعْلِنِ الْحَقَّ بِالْحَقِّ وَالدَّامِغِ لِجَيْشْاتِ اْلاَبَاطيِْ كَمَا حُمِّلَ ,فَاضْطَلَعَ بِأَمْرِكَ بِطَاعَتِكَ ,مُسْتَوْفِزًا فِى مَرْضَاتِكَ,بَغَيْرِ نَكْلٍ فِى قَدَمٍ وَلاَوَهْيٍ فِى عَزْمٍ ,وَاعِيًا لِوَحْيِكَ ,حَافِظًا لِعَهْدِ كَ ,مَاضِيًّا عَلَى نَفَاذِ أَمْرِكَ ,حَتَّى أَوْرَ ى قَبَسًا لِقَابِسٍ , آلا ءَ اللهِ تَصِلُ بِهِ أَسْبَابَهُ ,بِهِ هُدِيَتِ اْلقُلُوْبُ بَعْدَ حَوْضاتِ الْفِتَنِ وَاْلاِثْمِ ,وَأَبْهَجَ مُوْ ضِحَاتِ اْلاَعْلاَمِ وَنَائِرَاتِ اْلاَحْكاَمِ وَمُنِيْرَاتِ اْلاِسْلاَمِ,فَهُوَ أَمِيْنُكَ الْمَأْمُوْنُ وَخَازِنُ عِلْمِكَ الْمَخْزُوْنِ وَشَهِيْدُكَ يَوْمَ الدِّيْنِ وَبَعِيْثُكَ نِعْمَةً وَرَسُوْلُكَ بِالْحَقِّ رَحْمَةً.َ اَللَّهُمَّ افْسَحْ لَهُ فِى عَدْنِكَ وَاجْزِهِ مُضَا عَفَاتِ الْخَيْرِ مِنْ فَضْلِكَ لَهُ مُهَنّئَاتٍ غَيْرَ مُكَدَّرَاتٍ مِنْ فَوْزِ ثَوَابِكَ الْمَحْلٌوْلِ وَجَزِيْلِ عَطَائِكَ الْمَعْلُوْلِ . اَللَّهُمَّ أَعْلِ عَلَى بِنَاءِ النَّاسِّ بِنَاءَهُ وَأَكْرِمْ مَثْوَاهُ لَدَيْكَ وَنُزُلَهُ وَأَتْمِمْ لَهُ نُوْرَهُ وَاجْزِهِ مِنِ ابْتِعَاثِكَ لَهُ مَقْبُوْلَ الشَّهَادَةِ وَمَرْضِيَّ اْلمَقَالةِ ذَا مَنْطِقٍ عَدْلٍ وَخُطَّةٍ فَصْلٍ وَبُرْهَانٍ عَظِيْمٍ
“ Salamah al Kindi berkata,” Ali bin Abi Thalib r.a mengajarkan kami cara vershalawat kepada Nabi SAW dengan berkata:” Ya Alloh, pencipta bumi yang menghampar, pencipta langit yang tingi, dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapanya, jadikanlah shalawat –Mu yang mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih saying-Mu yang lebut pada Muhammad hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yang tertutup, pamungkas yang terdahulu, penolong agama yang benar dengan kebenaran,dan penkluk bala tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu dengan tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu, pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu sehingga ia nyalakan cahaya kebenaran pada yang mencarinya, jalan – jalan nikmat Alloh terus mengalir pada ahlinya dengan Muhammad hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan, ia ( Muhammad ) telah memperindah rambu – rambu yang terang, hukum – hukum yang bercahaya, dan cahaya – cahaya Islam yang menerangi, dialah ( Muhammad )orng yang jujur yang dipercayai oleh-Mu dan penyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi, saksi-Mu di hari kiamat, utusan-Mu yang membawa nikmat, rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran. Ya Alloh, luaskanlah surga-Mu baginya, balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dari anugerah-Mu baginya, yaitu kelipatan yang mudah dan bersih, dari pahala-Mu yang dpat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus . Ya Alloh, berilah ia derajat tertinggi diantara manusia, muliakanlah tempat
Mengenai dalil tentang bolehnya seorang membuat susunan shalawat terhadap Rasululloh SAW juga dikuatkan dengan hadits Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a:
وَعَنِ أَبِنِ مَسْعُوْدٍ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: اِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَحْسِنُوْا الصَّلاَةَ عَلَيْهِ فَاِنَّكُمْ لاَتَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ فَقَالُوْا لَهُ : فَعَلِّمْنَا, قَالَ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ , الَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُهُ بِهِ اْلاَوَّلُوْنَ وَاْلاَخِرُوْنَ.رواه ابن ماجه.
“ Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata,” Apabilah kalian bershalawat kepada Rasululloh SAW maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu barangkali shalawat kalian itu diberitahukan kepada beliau” , Mereka bertanya,” Ajari kami cara bershalawat yang bagus kepada beliau” Beliau menjawab,” Katakanlah, ya Alloh jadikanlah segala shalawat, rahmat, dan berkah-Mu kepada Sayyid para rasul, pemimpin orang – orang yang bertaqwa, pamungkas para Nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Alloh anugerahkanlah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang – orang terdahulu dan orang – orang yang kemudian” ( H.R.Ibnu Majah )
Berdasarkan hadits – hadits diatas, tampak jelas bahwa tidak ada larangan bagi semua umat Islam untuk mengamalkan shalawat yang tidak pernah diajarkan dan dibaca oleh Nabi dan para shahabatanya.
Lebih dari itu, ada beberapa shahabat yang membuat shalawat tersendiri untuk Rasululloh SAW. Diantaranya adalah shahabat Abdullah bin Abbas seperti yang disebutkan pada hadits berikut ini:
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ كَانَ اِذَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ : اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ شَفَاعَةَ مُحَمَّدٍ الْكُبْرَى وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ الْعُلْيَا وَأَعْطِهِ سُؤَلَهُ فِى اْلاَخِرَةِ وَاْلاُوْلَى كَمَا اَتَيْتَ اِبْرَاهَيْمَ وَمُوْسَى
“ Ibn Abas r.a apabila membaca shalawat kepada Nabi SAW beliau berkata,” Ya Alloh kabulkanlah syafaat Muhammad yang agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan berilah permohonanya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa”
Melihat apa yang diceritakan oleh para shahabat Rasululloh SAW dalam hadits – hadits ini maka tidak ada dasar yang kuat untuk melarang pengamalan shalawat yang tidak pernah diajarkan oleh Rasululloh SAW. Seandainya Rasululloh SAW melarang membuat shalawat sendiri tentu belia akan melarangnya agar tidak membuat shalawat selain yang beliau ajarkan. Dan kalau sesuatu perbuatan itu jelas – jelas dilarang Rasululloh sudah tentu para shahabat seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib,Sayyidina Ibnu Mas’ud dan Sayyidina Ibnu Abbas, yang sudah tidak diragukan lagi kecintaan dan ketaatanya pada Rasululloh SAW akan berani melanggarnya. Oleh sebab itu ,kita tidak perlu bimbang dan ragu dalam mengamalkan shalawat yang tidak disusun dan tidak pernah diamalkan oleh Nabi. Karena , disamping tidak menyebabkan syirik juga belum ditemukan larangan tegas bershalawat dan berdo’a yang tidak diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, sekali lagi, pandangan kaum Wahabi yang melarang pengamalan shalawat yang tidak diajarkan oleh Rasululloh SAW tidak beralasan. Bahkan, kita malah perlu balik bertanya kepada mereka, mana dalil yang menunjukkan larangan bershalawat dengan mengamalkan shalawat dan do’a yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari Buku : HUJJAH ASWAJA
Pengarang : Drs. Moh. Syaifulloh Al Azizi
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTernyata Ulama wahhabi membuat redaksi sholawat bidah :D
ReplyDeletehttp://qosimaly.blogspot.com/2014/12/redaksi-sholawat-bidah-wahhbi.html
Minta daftar pustaka y kak
ReplyDelete