Thursday, June 16, 2011

Sifat Tamak Penyebab Utama Kesengsaraa Lahir Batin

SIFAT TAMAK PENYEBAB UTAMA KESENGSARAAN
LAHIR BATIN DAN KEHINAAN



Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
                Marilah kita selalu berusaha meningkatkan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya.Yaitu dengan senantiasa berupaya mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran,kesabaran,kemauan,kesungguhan hati dan ikhlas semata-mata mencari ridla Allah.Kita yakin seyakin-yakinnya,bahwa hanya dengan taqwa kepada Allah inilah kita akan mendapatkan kebahagiaan,keselamatan dan ridla Allah SWT ,baik di dunia maupun di akhirat.

                Orang yang bertaqwa kepada Allah akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah.Ia juga akan mendapatkan al furqan,petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil , dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk  dan dapat pula membedakan antara yang bermanfa’at dan madlarat.Sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT:
يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْا اِنْ تَتَّقُوْا اللَهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيًكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَهُ ذُوالْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Hai orang-orang yang beriman,jika kamu bertaqwa kepada Allah,niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu.Dan Allah mempunyai karunia yang besar ( Q.S.Al Anfal : 29 )

                Dengan senantiasa bertaqwa kepada Allah pula kita akan senantiasa diselamat dan dimenangkan dari segala macam godaan syetan,sehingga dalam hidup ini senantiasa selamat dan tiada pernah menyentuh azab neraka,dan dalam hidup ini tidak akan mengalami kesusahan atau berduka cita,sebagaimana firman Allah:
وَيُنَجِّى اللَهُ الَّذِيْنَ اتَّقَوْ ا بِمَفَازَتِهِمْ لاَيَمَسُّهُمُ السُّوْءُ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka,mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tiada pula) berduka cita” (Q.S.Az Zumar : 61 )
                Dikuatkan dengan ayat lainya:
وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لاَيَضُرُّ كُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا اِنَّ اللَهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ
“Jika kamu bersabar dan bertaqwa,niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”(Q.S.Ali Imran : 120 )

              Mengingat hidup ini adalah perjalanan panjang yang harus diperjuangkan demi untuk mencapai kebahagiaan hakiki,maka Allah Swt memberikan pedoman untuk para hamba-Nya bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan akhirat manusia haruslah senantiasa membekali diri dengan iman,taqwa,amal shaleh,menjauhi hal-hal yang menyebabkan kegelapan hati,rusaknya akhlaq.dan suramnya kehidupan di masa depan,terlebih lagi kita harus menjauhi dan membuang jauh-jauh  sifat tamak atau serakah yang menyebabkan kesengsaraan lahir batin dan kehinaan,baik pada saat di dunia maupun di alam akhirat.
Saudaraku kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah   
   
              Tamak atau serakah adalah bibit dari segala kerendahan dan kehinaan.Orang yang memiliki sifat tamak atau serakah ini adalah orang yang tidak pernah merasa puas,selalu merasa kurang,setelah diberi,masih kurang,masih kurang,dan masih kurang.Sehingga jiwanya telalu resah,gelisah,sudah dan gelap.Ia menjadi makhluk yang terendah karena saat terjangkit penyakit tamak itu benar-benar diperbudak oleh nafsunya.
              Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun menyatakan,bahwa orang yang terjangkit penyakit tamak sama derajatnya dengan budak.Bahkan beliau menyatakan:
اَلطَّمَعُ رِقٌّ مُؤََبَّدٌ
   “Tamak (rakus) itu adalah perbudakan yang abadi”
              Dalam Al Hikam disebutkan:
مَا بَسَقَتْ اَغْصَانُ ذُلٍّ اِلاَّ بِذْرِ طَمَعٍ
    ” Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu,kecuali diatas bibit tamak (kerakusan)( Al Hikam : 46 dan Iqazhul Himam: 118 )
              Sifat tamak (rakus) itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan.
              Abu Bakar al Warraq al Hakim berkata:” Andaikan sifat tamak itu dapat ditanyai:”Siapakah ayahmu ?”Pasti jawabnya:”Ragu terhadap takdir Allah”.Dan bila ditanya:”Apakah pekerjaanmu?” Jawabnya:”Merendahkan diri”.Dan bila ditanya:”Apakah tujuanmu?” Jawabnya:”Tidak dapat apa-apa”.Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib baru masuk ke Masjid Jami’Bashrah,didapatkan beberapa orang yang memberi ceramah didalamnya.Maka ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan dan ternyata tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat,lalu mereka diusir dan tidak diizinkan memberi ceramah di masjid itu,dan ketika sampai di majlis Al Hasan al Bashry,ia berkata:”Hai pemuda,saya akan bertanya kepadamu sesuatu,jika engaku dapat menjawab,aku izinkan engkau terus mengajar disini,tetapi jika engkau tidak dapat menjawab,aku usir engkau sebagaimana lain-lain temanmu yang telah aku usir”.Jawan Al Hasan:”Tanyakan sekehendakmu”.
           Sayyidina Ali bertanya:”Apakah yang dapat mengukuhkan agama ?” Jawab Al Hasan:”Wara” (yakni berjaga-jaga diri/ menjauh dari segala syubhat dan haram).Lalu ditanya:”Apakah yang dapat merusak agama?” Jawabnya:”Tamak (rakus)”.Imam Ali berkata kepadanya:”Engkau boleh tetap mengajar disini,orang yang seperti engkau inilah yang dapat memberi ceramah kepada orang-orang”.
              Seorang guru berkata:”Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku di Iskandariyah,pada suatu hari ketika aku akan membeli sesuatu keperluan dari seseorang yang mengenal aku,timbul dalam perasaan hatiku;mungkin ia tidak menerima uangku ini,tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi: Keselamatan dalam agama hanya memutuskan harapan kepada semua makhluk.

            Wara’ dalam agama itu menunjukkan adanya keyakinan dan sempurnanya bersandar di kepada Allah. Wara’ yaiutu jika merasa tiada hubungan antara dia dengan makhluk,baik dalam pemberian,penerimaan atau penolakan,dan semua itu hanya terlihat langsung dari Allah Ta’ala.Sahl bin Abdullah berkata:”Didalam iman tak ada pandangan sebab perantara,sebab itu hanya  dalam Islam sebelum mencapai iman.

              Semua hamba pasti akan makan rizkinya,hanya mereka berbeda-beda: ada yang makan dengan berhina-hina yaitu para peminta.Ada yang makan rizkinya dengan bekerja keras yaitu kaum buruh,ada yang makan rizkinya dengan menunggu,yaitu pedagang yang menunggu laku barang dagangannya.Adapun yang makan rizkinya dengan rasa mulia,yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara dengan Tuhan       (Al Hikam :46-47 )

Saudaraku Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Tamak dan rakus kepada dunia,dapat menyebabkan hati seseorang terombang-ambing dan selalu dikejar-kejar nafsu untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya,tanpa memperdulikan harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal atau haram.Sehingga pada akhirnya orang yang demikian ini akan terjatuh dalam jurang kehinaan,karena bukan lagi yang menguasai dan memperalat harta,tapi justru dirinyalah yang dikuasai dan diperalat harta.

              Orang yang sudah dimabuk harta atau serakah terhadap harta bisa menjadikan dirinya lupa daratan,gelap mata dan gelap hati.Bahkan menurut K.H.Drs.Ahmad Rifa’i Bukhari dari Kemayoran Budidayan Surabaya,”Gara-gara mempunyai sifat rakus,seseorang itu bisa-bisa disebut sebagai orang gila.Kata orang-orang,”siapa yang rakus pada jabatan disebut gila jabatan,rakus pada pujian disebut gila pujian,rakus pada wanita disebut gila wanita dan begitu pula orang yang tamak terhadap harta bisa disebut gila harta.Jadi orang yang mempunyai sifat tamak itu sepertinya sama dengan orang gila” (Pengajian dalam Rangkah Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh Remaja Mushallah Asasuttaqwa Bolo Ujungpangkah Gresik,tanggal 16 Rabi’ul Awal 1412 H = 24 Oktober 1991 M)

              Seseorang yang bersifat tamak pada dasarnya mebuat seseorang yang merdeka menjadi budak.Artinya,ia terbelenggu oleh nafsu dan ambisi untuk menguasai dunia.Bila seseorang sudah kerasukan sifat tamak ini,ia akan mudah diombang-ambingkan oleh nafsunya.
              Dalam Al Hikam disebutkan:
اَنْتَ حُرٌّ مِمَّا اَنْتَ عَنْهُ اَيِسٌ وَعَبْدٌ لِمَا اَنْتَ لَهُ طَا مِعٌ
   “Kamu bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau butuhkan,dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang kamu harapkan” ( Al Hikam : 49  dan Iqazhul Himam: 122)

              Andaikata tidak ada keinginan-keinginan yang palsu,pasti orang akan bebas merdeka tidak akan diperbudak oleh sesuatu yang tidak berarti.

              Contohnya: Burung elang rajawali yang terbang tinggi di angkasa lepas,sukar seorang akan dapat menangkapnya,tetapi ia melihat sepotong daging yang tergantung pada perangkap,maka ia turun oleh sifat tamaknya dari angkasa itu,maka terjebak oleh perangkap itu sehingga ia menjadi permainan anak-anak kecil.

              Fatih al Maushuly ketika ditanya tentang contoh orang yang menurutkan syahwat hawa nafsu dan sifat tamaknya,sedang tidak jauh dari tempat itu ada dua anak yang sedang makan roti,yang satu hanya makan roti,sedang yang kedua roti dengan keju.maka ia berkata kepada temannya:”Berila kepadaku keju”.Jawab temannya:” Jika engkau suka saya jadikan anjingku,saya beri keju”.Jawab yang minta:” Baiklah”.Maka lalu diikat lehernya dengan tali sebagai anjing dan dituntun.Berkata Fatih kepada orang yang bertanya:” Andaikata anak itu tidak tamak pada keju,niscaya tidak menjadi anjing”.

              Terjadi ada seorang murid didatangi gurunya,maka ia ingin menjamu gurunya,lalu ia ingin keluarkan roti tanpa lauk pauk,dan tergerak dalam hati murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna.Kemudian setelah selasai dimakan oleh guru apa yang dihidangkan itu,bangunlah guru itu keluar tiba-tiba di bawa ke penjara untuk ditunjukkan berbagai macamnya orang-orang yang dihukum,baik yang dipukul maupun yang dipotong tangan dan lain-lainnya,lalu berkata guru kepada muridnya:”Semua orang-orang yang kamu lihat itu,yaitu orang yang tidak sabar makan roti saja tanpa lauk pauk.

              Ada seorang yang baru dikeluarkan dari penjara,yang masih terikat kakinya dengan rantai ia minta-minta sepotong roti kepada orang,maka dikatakan oleh orang yang dimintai: “Andaikan sejak dahulu engkau terima dengan sepotong roti,maka takkan terikat kakimu itu”.

              Ada seorang melihat seorang hakim sedang makan dari rontokan buah yang jatuh di sungai,maka orang itu berkata:”Hai Hakim,sekiranya engkau mau kerja pada raja tentu engkau tidak akan sampai makan rontokan buah dalam sungai”.Maka dijawab oleh Hakim:”Andaikan engkau suka menerima makanan ini tidak usah menjadi buruhnya raja (budak raja) ( Al Hikam : 49-50 )

Saudaraku Kaum Muslim Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Akibat sifat tamak sebagaimana dicontohkan diatas dapat menambah wawasan kita,bahwa sifat tamak itu meski kelihatannya sepeleh tetapi sangat berbahaya.Sebab  sifat tamak ini bias menimbulkan sifat-sifat yang tercelah.Banyak sekali orang yang asalnya baik-baik,santu dan dihormati orang lain,namun gara-gara sifat tamak itu ia terseret melakukan tindakan yang tidak terpuji dan akibatnya adalah wibawanya menjadi pudar dan seterusnya menjadi terasing di masyarakat.

              Bisa saja orang yang asalnya tidak tamak terhadap pangkat,jabatan,kedudukan atau pengaruh di tengah-tengah masyarakat.Namun suatu waktu tanpa sengaja ia diminta oleh masyarakatnya untuk mengemban jabatan tertentu atau memimpin organisasi tertentu.Awalnya ia menolak dengan keras,namun karena desakan masyarakat,terpaksa harus diterima.Selanjutnya mau tidak mau harus menjalankan tugas jabatan itu.
              Pada awalnya memang baik dan berlaku jujur dan benar melaksanakan amanat sebagaimana aturan organisasi.Namun keadaan semacam itu tidak dibiarkan oleh syetan.Hari demi hari,mingu  berganti minggu,bulan berganti  bulan,dan tahun berganti tahun,rasa-rasanya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menjabat.Rasanya segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih muda.Kelihatannya enak menjadi seorang tokoh yang dihormati dan berwibawa di tengah-tengah masyarakat.

              Mula-mula timbul dalam hati suatu perasaan bahwa apa yang ia katakan pasti orang lain percaya,apa digagas pasti orang lain setuju,apa yang diperintah pasti orang lain patuh.Dan awalnya kenyataan yang dilihat dan dirasakan memang seperti itu,sehingga ia berkeyakinan bahwa dirinya sudah benar-benar menjadi tokoh panutan yang disenangi,dipercaya,disegani, dihormati dan sekaligus mungkin juga ditakuti.

              Secara perlahan-lahan kenyataan itu menambah kemantapan keyakinan  bahwa dirinya memang merupakan tokoh yang memenuhi syarat itu.Hanya dirinyalah satu-satunya tokoh utama yang ada dalam masyarakat.Dan akhirnya timbullah satu sifat yang tidak disadari,yaitu sifat meremehkan orang lain.Maksudnya menganggap orang lain berada dibawahnya dalam segala hal,baik ilmu,derajat,harta,kecerdasan,kemampuan ataupun lainnya.Orang lain tidak ada yang mempunyai ilmu setinggi dirinya,orang lain bodoh dan tidak mengerti apa-apa.Karenanya semua harus tunduk dan patuh pada dirinya,sebab ia seorang tokoh utama satu-satunya di masyarakat itu.Karena itu tidak boleh ada orang lain yang membantah apalagi  melebihi dirinya.Pokoknya kekuasaan,kepemimpinan dan segala urusan harus berada dibawah kendalinya.Paling tidak,bila ia tidak bisa merebut puncak kursi kepemimpinan,sekurang-kurangnya ia bisa menempatkan orang-orang setianya yang dapat dengan mudah ia kendalikan.

              Karena sudah mabuk kekuasaan,maka siapa yang berani membantah atau menentang harus menerima hukuman darinya.Pokoknya ia harus menguasai segala-galanya,baik pemerintahan,agama,pendidikan,perdagangan,parisiwata dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

              Rupanya secara tak sadar,sifat tamak sudah mulai menjalar dalam hati dan jiwanya.Kalau dulu ia secara keras menolak segala bentuk kepemimpinan saat diminta oleh masyarakat,namun kini berabalik mempertahankannya.Bahkan dengan segala cara ia tempuh agar kepemimpinan tetap berada di tangannya seumur hidupnya.Kata orang Jawa Mariti ,gelem mari kapan wes mati,artinya baru bersedia berhenti kalau ia sudah mati.Pokonya ia senantiasa berusaha agar jangan sampai ada orang yang mencoba mengusik kepemimpinannya.Kalau ada orang lain yang muncul,segera dihadang,dijegal dan kalau perlu dilibas habis.Tidak perduli lagi apa yang dilakukan itu benar atau salah,manfaat atau mudlarat,berdosa atau berpahala.Yang penting ia bias mempertahakan kekuasaannya.

              Bahayanya lagi,bila seseorang sudah kerasukan penyakit tamak ini,maka ia tidak akan punya akal sehat dan rasa malu sedikitpun.Masalah yang kelihatannya sepele pun ia ingin merebutnya.Hanya gara-gara ia tak dimasukkan pada daftar petugas dalam suatu acara saja,ia proten matia-matian,melabrak panitia dan memaksa agar dirinya dilibatkan.Masalahnya ia yakin dengan jalan ini akan mendapat pujian,sanjungan dan penghormatan dari masyarakat.Hanya gara-gara kedahuluan orang lain yang menjadi imam,ia kabur tidak ikut berjamaah.Ia mau berjamaah kalau kebetulan jadwalnya menjadi imam.Bila hanya sebagai makmum tidak pernah berjamaah .Gara-gara khutbah harai raya diisi orang lain saja,ia bikin ulah di masjid,membaikot pelaksanaan shalat dengan menggiring warga untuk shalat keluar kampung,mengajak buyar jama’ah,mengkonsletkan listrik,mengacau pada saat khutbah,memfitnah khatib lain,menjelek-jelekkan,menghina dan merendahkan nya.Hanya gara-gara tidak terpilih sebagai ketua dalam organisasi,ia ngambek,keluar dari organisasi.Karena ia merasa sebagai orang hebat,harus sebagai ketua dimanapun dan dalam organisasi apapun.Dan masih banyak lagi tipe-tipe orang yang kerasukan penyakit tamak ini.

             Pekerjaan orang yang kerasukan penyakit tamak tiap detik hanyalah seperti itu.Dalam benaknya hanya ada satu niat,semua harus menjadi milikku.Tak peduli masalah itu sepele atau besar,mengandung manfaat atau mudlarat,berakibat baik apa buruk.Pokoknya hanya ada satu kata” semua harus menjadi milikku”.Kalau perlu dunia ini bias menjadi miliknya sendiri.

Saudaraku Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
              Sungguh kasihan nasib orang yang kerasukan penyakit tamak.Hidupnya tak pernah tenang dan tentram.Setiap detik pikirannya bingan,kacau dan menerawang tak karuan.Bagi orang yang tamak hanya punya satu keyakinan,bahwa dirinya akan dihargai,disegani dan ditakuti ,dipercaya dan diikuti orang lain,bila ia punya harta,pangkat,jabatan,kedudukan,karisma di tengah-tengah masyarakat.Karenanya ia harus punya segala-galanya.

             Bahaya penyakit tamak ini sungguh amat besar dan hal itu sudah terbukti nyata di tengah-tengah masyarakat.Akibat sifat tamak,orang bias mengambil jalan apa saja untuk mendapatkan uang.Bahkan banyak yang mengambil jalan syirik,menyekutukan Allah,percaya pada TBC (tahayul,bid,ah dan churafat).Akibat penyakit tamak ini,seseorang bias kehilangan rasa kemanusiaan,menghalalkan segala cara,yang penting dapat harta dan bias meraih pangkat,merendahkan diri pada orang kaya dan pejabat,dan yang paling parah adalah ia tidak akan prnah merasa puas.

              Orang yang serakah itu bagaikan minumair laut yang asin,semakin banyak minum justru semakin haus.Ia tidak pernah merasa puas,terus menerus merasa kurang dan kurang.Diberi satu minta minta dua,diberi dua minta empat,sudah punya sepeda motor ingin punya mobil,sudah punya mobil ingin punya panter,sudah punya panter ingin pubya pesawat dan seterusnya.Dan parahnya lagi,jika ia tidak mendapatkan rahmat dan hidayah Allah,sifat tamak ini tidakakan bisa hilang kecuali bila sudah mati dan dikubur dalam tanah.

              Melihat demikian besar bahaya sifat tamak ini,maka kita hendaknya mengendalikan diri dari sifat ini dengan mendidik diri untuk selalu memiliki sifat qanaah.Menerima apa adanya pemberian Allah diserta tawakkal.Kita harus sadar bahwa orang yang tamak itu fakir meski di sekelilingnya bertumpuk harta,ia budak meski seorang raja,ia lapar meskipun kenyang.

              Dalam hal ini Syaikh Muhammad Nawawi bin mengutip keterangan Wahab bin Munabih Al Yamani yang menceritakan:
مَكْتُوْبٌ فِى التَّوْرَاتِ: اَلْحِرْصُ فَقِيْرٌ وَاِنْ كَانَ مَالِكَ الدُّ نْيَا وَالْمُطِيْعُ لِلَّهِ تَعَالَى مُطَاعٌ لِلنَّا سِ وَاِنْ كَانَ مَمْلُوْكًا وَالْقَانِعُ غَنِيٌّ وَاِنْ كَانَ جَا ئِعًا
   “Ada tertulis dalam Taurat:Orang yang tamak adalah melarat,walaupun memiliki dunia,orang yang taat kepada Allah adalah disenangi,walaupun dia seorang hamba sahaya dan orang yang qana’ah (merasa cukup dengan sekadarnya) adalah kaya,walaupun kelaparan”      ( Nashoihul Ibad : 17 )

              Jadi orang yang terkena penyakit tamak hanyalah bisa disembuhkan dengan qanaah.Menerima dengan lapang dada apa yang dikaruniakan Allah.Harus disadari pula bahwa semua manusia sudah mendapatkan bagian rizki sendiri-sendiri.Dan segala sesuatu yang telah diberikan Allah apapun bentuknya dan bagaimanapun rendahnya nilainya secara ekonomi, asal diterima secara ridla akan membawa kemanfaat,ketenagan dan kedamaian.

              Marilah kita berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat tamak sehingga kehidupan kita menjadi tenang,tentam,aman,damai,makmur dan sejahtera dibawah naungan rahmat,ma’unah dan ridla  Allah.
بَارَكَ اللَهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَ يَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَهُ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

1 comment: