Sunday, December 25, 2011

Dasar Tawassul

DASAR – DASAR TAWASSUL


Kita harus ingat bahwa bertawassul bukan berarti meminta kepada orang yang telah mati, meminta kepada kuburan. Akan tetapi kita sedang mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Kita harus mengerti dahulu apa wasilah dan tawassul itu.
Tawassul adalah;
اَلْوَسِيْلَةُ كُلُّ مَا يَتَقَرَّبُ اِلَى اللّٰهِ
Wasilah adlah sesuatu yang dpat mendekaktkan diri kepada Alloh
         Alloh berfirman:
" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan " ( Q.S.al Maidah :35 ).
           Dalam ayat lain disebutkan:
" Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Alloh) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti “ ( Q.S.Isra’ : 57 ).
Kedua ayat diatas memberikan pengertian kepada kita, bahwa disamping memerintahkan untuk bertaqwa kepada-Nya, juga memerintahkan kepada kita selaku orang – orang yang beriman untuk berwasilah mencari jalan yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya .
Selain kedua ayat diatas, sesungguhnya masih banyak ayat – ayat Al- Qur’an yang mengisyaratkan adanya perintah tawassul ini, diantaranya adalah :
“ Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)" ( Q.S. Yusuf : 97 )
Ayat ini menggambarkan tentang tata cara bertawassul. Pada saat itu mereka ( putera – putera Nabi Ya’qub ) dating menemui ayahnya  agar berdo’a kepada Alloh memohonkan ampunan atas dosa – dosa yang telah mereka lakukan. Menentukan pilihan kepada Nabi Ya’qub bukanya tanpa alasan tetapi karena sang ayah memang dianggap dekat kepada Alloh SWT.
Dalam ayat lain juga disebutkan:
“ Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Alloh. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Alloh, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang “ ( Q.S.an –Nisa’ : 64 )
Dari ayat ini seolah – olah Alloh menganjurkan manusia untuk hormat, ta’zhim dan mahabbah dengan kekasih – kekasih Alloh SWT dlam hal ini Rasul . Demikian pula perwujudan kecintaan itu dengan dating kepada para kekasih itu dan memohon agar berkenan berdo’a kepada mereka.
Kedua ayat ini secara jelas mengisyaratkan bahwa di dunia ini ada manusia – manusia tertentu baik masih hidup maupun sudah mati yang mempunyai derajat yang tinggi di hadapan Alloh. Karena mereka tergolong manusia  shaleh yang dekat kepada Alloh, maka dengan sendirinya akan dicintai Alloh . kepada mereka Alloh memuliakan dan mengabulkan segala permintaanya.
    Dalam hadits nabi banyak  disebutkan beberapa contoh praktek tawassul, diantaranya adalah:

عَنْ  عُمَرَا بْنِ الْخَطاَّ بِ  رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَمَّا اقْتَرَفَ آ دَمَ  الْخَطِيْئَةَ قَالَ:  يَارَبِّ اَسْأَلُكَ بِحَقّ مُحَمَّدٍ لَمَا غَفَرْتَ لِى فَقَالَ اللّٰهُ يَا آدَمُ كَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ اَخْلُقْهُ قَالَ:  يَارَبّ  ِلاَنَّكَ  لَمَّا خَلَقْتَنِى بِيَدكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتَ رَأْسِى فَرَأَيْتُ  عَلَى قَوَائِمِ الْعَرْشِ مَكْتُوْبًا لاَاِلهَ اِلاَّ اللّٰهُ  مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ  وَعَرَفْتُ اَنَّكَ  لَمْ تُصِفْ اِلَى اسْمِكَ  اِلاَّ اَحَبَّ الْخَلْقِ  اِلَيْكَ فَقَالَ اللّٰهُ صَدَقْتَ يَا آدَمُ اِنَّهُ لآَ حَبَّ  الْخَلْقِ اِلَيَّ  اِنْ سَأَلْتَنِى بِحَقِّهِ فَقَدْ غَفَرْتُكَ وَلَوْ لاَ مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ 
“ Umar bin Khathab r.a berkata,” Rasululloh SAW bersabda,” Tatkala Adam melakukan kesalahan dia berkata, “ Wahai Rabb-ku, aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad  karena disa – dosaku, agar Engkau mengampuniku. Lalu Alloh berfirman, “ Wahai Adam, bagaimana anda mengenl Muhammad sedang Aku belum menciptakanya?” Adam menjawab,”  Wahai Rabb-ku, tatkala Engkau menciptakanku dengan “ Tangan-Mu”  dan meniupku dengan “ Roh-Mu ” kedalam diriku, maka Engkau mengangkat kepalaku, lalu aku melihat kaki – kaki ( penyanga ) Arasy tertulis “ Laa ilaaha Illallaah Muhammadur Rasuulullah “ sehingga aku tahu bahawa Engkau tidak menambahkan kedalam nama-Mu kecuali makhluk yang paling Engkau cintai” Lalu Alloh berfirman,” Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluk yang paling aku cintai, berdo’alah kepada-Ku dengan hak dia, maka sungguh aku mengampunimu, sekiranya tidak ad Muhammad, maka Aku tidak menci[takanmu (Adam )” ( H.R.Al Hakim dalam Al-Mustadrak )”
      Do’a Nabi Adam As yang bertawassul dengan menggunakan lafazh “ bihaaqi Muhammadin “ menandakan bahwa berdo’a dengan tawassul menggunakan lafazh itu benar  - benar ada dasarnya. Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh H.Mahrus Ali dengan mengutip pendapat Ibnu Taimiyah, yang menyatakan, bahwa bertawassul dengn lafazh “ bihaaqi Muhammadin “ tidak ada dasarnya, tidak benar, bahkan malah  dia sendiri yang menyalahi Sunnah, atau bertentangan dengan sunnah Rasululloh SAW.
          Dalam hadits lain disebutkan:
عَنْ  عَبْدِ  اللّٰهُ رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:حَيَاتِى خَيْرٌ لَكُمْ وَوَفَاتِى خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَىَّ أَعْما لَُكُمْ فَمَا رَأَيْتُ مِنْ خَيْرٍ حَمِدْتُ اللّٰهَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْ شَرٍّ اِسْتَغْفَرْتُ لَكُمْ  .رواه البزار
“ Dari Abdullah, Nabi SAW bersabda:” Hidupku adalah kebaikan bagi kalian dan matiku adalah kebaikan bagi kalian.ketika aku hidup  kalian melakukan banyak hal lalu dijelaskan hukumnya melalui aku. Metiku juga kebaikan bagi kalian, diberitahukan amal perbuatan kalian. Jika aku melihat amal kalian baik maka aku memuji Alloh karenanya. Dan jika aku melihat amal kalian yang buruk, maka aku memohonkan ampun untuk kalian  ( H.R.al-Bazar )
           Hadits ini menunjukkan bahwa meskiupun Rasululloh SAW sudah meninggal, beliu tetap bermnfaat bagi umatnya seperti bias mendo’kan dan memohonkan ampun kepada Alloh untuk umatnya. Oleh karena itu, dibolehkan ber- tawassul  dan ber- istighatsah denganya, memohon dido’akan  oleh beliau meskipun beliau sudah meninggal.
            Dalam ayat – ayat Alloh dan hadits –hadits  Nabi diatas disebutkan bahwa kita sebagai orang yang beriman dianjurkan supaya mencari jalan apa saja yang sekiranya dapat mendekatkan diri kepada Alloh, baik amal fardlu maupun amal sunnah, termasuk di dalamnya  adalah berdo’a secara bertawassul.

Daftar Pustaka :
Ali Ma’shum, Hujjatu Ahlisinnah Wal Jamaah, Ibnu Masyhadi Sampangan Pekalongan, etakan 1983,
Yayasan Penyelenggran Penerjemah Al Qur’an Depag RI, Al – Qur’an dan Terjemahnya, Lubuk Agung Bandung, Edisi Revis,1989,

1 comment:

  1. assalamu'alaikum ustadz.
    mohon dijelaskan kesahihah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadrak di atas.
    jazakumullah khairan.

    ReplyDelete